Beginilah Puasa Pada Umat Sebelum Islam
Puasa Penganut Tasawuf
Praktik puasa bagi para penganut tasawuf (kaum sufi) merupakan praktik ibadah yang tidak asing, bahkan merupakan salah satu dari macam-macam disiplin ibadah dan syariat yang harus dilaksanakan dengan sepenuh ketaatan, kecintaan, keikhlasan, kezuhudan, ketakwaan, keimanan, kerendahan diri, dan penuh harap. Sehingga, bisa dikatakan puasa bagi kaum sufi merupakan persiapan dan jalan menuju makrifat. Untuk itu, mereka melaksanakan puasa, baik yang wajib maupun yang sunat.
Puasa Penganut Kebatinan
Puasa di kalangan penganut kebatinan di Indonesia sangat banyak variasinya. Begitu juga dengan dasar dan motifnya, sesuai dengan macam alirannya. Misalnya puasa pati geni yang dilakukan selama 9 hari penuh. Selama 8 hari berpuasa biasa dengan berbuka sedikit ketika terbenam matahari; sedangkan pada hari kesembilan tidak berbuka puasa hingga hari berikutnya pukul 09.00 baru berbuka. Mereka pantang makan lauk pauk, makan sayuran, dan lainnya. Serta ada pula aliran kebatinan yang mengajarkan puasa tiap Senin dan Kamis.
Puasa Adat
Selain jenis-jenis puasa diatas (wajib, nazar, kifarat, dan sunnah), ada pula istilah puasa adat, yaitu puasa yang biasa dilakukan oleh sekelompok masyarakat tertentu sesuai dengan kebiasaan adat istiadat suku. Misalnya puasa adat Jawa.
Puasa-puasa adat tersebut diantaranya:
1. Puasa hari lahir adalah puasa yang dilakukan pada hari kelahiran seseorang. Puasanya yaitu sebagaimana puasa pada umumnya menahan dari yang membatalkan semenjak terbit fajar hingga terbenam matahari.
2. Puasa ngasrep adalah puasa yang dilakukan dikarenakan mempunyai suatu hajat. Yang menjadi ciri puasa ini yaitu ketika berbuka puasa dengan memakan makanan yang tidak ada rasa manis, asem, asin, pedas.
3. Puasa mutih adalah puasa yang dilakukan karena mempunyai suatu hajat asmara. Yang menjadi ciri puasa ini yaitu ketika berbuka puasa dengan memakan makanan yang serba putih dan tanpa rasa.