Beginilah Puasa Pada Umat Sebelum Islam
Puasa Umat Yahudi
Umat Yahudi atau Bani Israil adalah keturunan Ya'qub putra Ishaq putra Ibrahim. Ya'qub itulah yang biasa dipanggil Israil. Umat Yahudi adalah umat yang taat dalam kepercayaan mereka terhadap Taurat, taat beribadah, dan kaya dengan upacara keagamaan. Puasa pada umat Yahudi tidak kita dapati uraian secara rinci dan jelas dalam kitab Taurat (Perjanjian Lama), kecuali sekadar pujian dan anjuran saja kepada yang melakukannya. Mereka berpuasa, sebagaimana puasa yang dilakukan oleh Nabi Musa sewaktu menerima wahyu di Bukit Sinai.
Puasa Umat Kristen
Di dalam kitab Injil atau Perjanjian Baru yang diimani oleh umat Kristen, baik itu Katolik Romawi, Kristen Protestan, maupun Kristen Advent memang tidak kita dapati ajaran tentang puasa secara jelas dan rinci, selain sekadar sebutan bahwa puasa sebagai bentuk ibadat yang terpuji dan sanjungan bagi orang-orang yang berpuasa.
Dalam Injil Barnabas tersebut bisa ditemukan secara panjang lebar tentang ajaran puasa sebagai syariat yang diwajibkan, yang bersumber pada puasa yang dijalankan oleh Yesus sendiri, seperti tersebut dalam kutipan surat 14 ayat 1-6. Dalam ayat tersebut, disebutkan bahwa Yesus berpuasa selama 40 hari 40 malam.
Dengan munculnya Paulus yang mengajarkan Paulinisme, maka ajaran puasa dalam Perjanjian Baru menjadi berubah, bahkan dihapuskan, karena dianggap sebagai syariat yang memberatkan para pengikut Kristus dan dianggap sebagai penghalang bagi orang-orang yang akan menganut Paulinisme. Karena itu, Paulus tidak memperketat atau mempertegas ajaran puasa; bahkan sekarang umat Kristen tidak lagi mengenal kewajiban puasa.
Dr Ahmad Shalabi dalam buku Perbandingan Agama memaparkan, puasa di kalangan umat Nasrani meliputi puasa hari Rabu yang merupakan hari pengkhianatan terhadap Nabi Isa hingga tertangkap, dan puasa pada hari Jumat. Sesudah itu puasa Natal selama 43 hari yang berakhir pada hari Natal, dan puasa Agung selama 55 hari, yang 40 hari merupakan puasa yang dilakukan Nabi Isa ditambah dua minggu (dua pekan) sebagai persiapan dan penderitaan.
Dalam menjalankan puasa-puasa tersebut mereka tidak dibenarkan memakan daging hewan apa pun juga atau apa saja yang bersifat hewani. Yang dibolehkan hanyalah jenis-jenis tumbuhan.