Beginilah Puasa Pada Umat Sebelum Islam
Manu
Puasa juga dikenal di kalangan para pemeluk agama Manu, sebuah keyakinan yang lahir pada abad ke-3 sebelum Masehi di wilayah Babilonia. Manu, seorang bekas pendeta Nasrani, mengajarkan kehidupan zuhud, hidup serba sederhana dan harus menyingkirkan diri dari pergaulan masyarakat, bahkan tidak perlu membangun sesuatu pun.
Umumnya para pengikut Manuisme menganggap puasa sebagai bentuk ibadah yang suci dan luhur. Puasa menurut Manuisme merupakan ajaran yang tampak sebagai usaha menekan nafsu-nafsu jahat.
Cina Kuno
Masyarakat Cina kuno yang menganut ajaran Taoisme dan Konfusianisme juga mengenal tradisi berpuasa. Orang-orang Cina kuno berpuasa pada hari-hari biasa, sedangkan pada hari-hari tertentu seperti ketika terjadi banyak fitnah dan bencana, mereka mengharuskan diri berpuasa, dengan tujuan agar terhindar dari fitnah dan bencana itu.
Sementara orang-orang Tibet membiasakan menahan diri dari makan dan minum selama 24 jam berturut-turut tanpa makan sedikit pun, sampai-sampai air liur pun tidak boleh ditelan, dengan tujuan magis maupun religius.
Sinto
Menurut catatan kuno, agama Shinto di Jepang dikatakan orang sebagai agama yang para penganutnya dikenal sebagai 'orang-orang yang berpantang'. Siapa saja tidak boleh menyisir rambut, mencuci, makan daging, maupun mendekati wanita-wanita. Kedudukan badan hukum alim-ulama yang turun[1]temurun dan disebut dengan Imbe, berfungsi untuk menyiapkan selamatan[1]selamatan bagi para dewa, karena telah melakukan pantang dari segala pengotoran atau segala hal-hal yang tidak suci.