Saat Ketua Perampok Bertaubat di Hadapan Anak Muda Saleh
Lalu Abdul Qadir dihadapkan kepada pimpinan rampok dan ditanya oleh ketua rampok, “Hai anak muda, apa yang kau punyai?”
Abdul Qadir menjawab, “Sudah kubilang dari tadi, bahwa aku mempunyai 40 dinar emas, di jahit oleh ibuku di bawah ketiak bajuku, kalau kalian tidak percaya biar kubuktikan!”
Lalu Abdul Qadir membuka bajunya dan mengiris kantong di bawah ketiak bajunya dan sekaligus menghitung uang sejumlah 40 dinar tadi.
Baca Juga: Pakar Kesehatan Ini Masuk Islam karena Kagum dengan Wudhu
Melihat uang sebanyak itu, sang kepala penyamun bukannya bergembira, tapi malah diam terpesona sejenak. Lalu bertanya pada Abdul Qadir; “Anak muda, uangmu telah aman. Perlu kau ketahui, orang lain jangankan mengaku punya uang sebanyak ini, punya uang satu sen pun kalau belum dipukul mereka belum mau menyerahkan. Kenapa kamu yang punya uang sebanyak ini justru selalu jujur kalau ditanya? Apa yang memaksamu untuk menceritakan kepada kami bahwa engkau memilikinya dan memberitahukan tempat engkau menyembunyikannya?”
Abdul Qadir menjawab dengan tenang, “Aku telah berjanji pada ibuku untuk jujur dan tidak dusta dalam keadaan apapun. Jika aku berbohong, maka tidak bermakna upayaku menimba ilmu agama.”
Karena penasaran, perampok itu membentak lagi, “Tapi, sekarang ibumu kan tidak ada di sini. Ia tidak akan tahu jika engkau berbohong.”
“Betul. Tetapi janjiku untuk selalu jujur dan benar itu disaksikan Allah SWT, yang tidak pernah tidur dan lalai dalam mengawasi hamba-hamba-Nya,” jawab Abdul Qadir dengan tenang.
Baca Juga:
Cara Membuat Tempat Wudhu yang Baik
Bukan Berdiri atau Jongkok, Begini Posisi Wudhu yang Baik
Mendengar jawaban itu, sang kepala perampok tadi mendadak menangis. Air matanya bercucuran. Ia langsung jatuh terduduk di hadapan kaki Abdul Qadir. Kepala perampok itu berkata, “Wahai anak muda, dalam keadaan segawat ini, kau tidak berani melanggar janji pada ibumu. Betapa hinanya kami yang selama ini melanggar perintah Tuhan dengan mencuri dan membunuh. Apa yang akan terjadi pada kami atas semua itu. Sungguh engkau sangat berbakti pada ibumu, dan engkau pun bukan orang sembarangan. Sekarang saksikanlah di hadapanmu bahwa kami bertaubat dari pekerjaan hina ini,” kata si pimpinan perampok itu.
Menyaksikan hal itu, perampok lain (anak buahnya) memandang pimpinannya sambil berkata. “Engkau telah menjadi pemimpin kami selama bertahun-tahun dalam perbuatan dosa ini, sekarang juga engkau tetap menjadi pemimpin kami dalam penyesalan.”