Home > Agama

Mana yang Diikuti: Pemerintah, Ormas atau Ulama?

Jika berselisih tentang sesuatu, kembalikan kepada Al-Quran, hadits, atau ulil amri,

Mana yang Diikuti; Pemerintah atau Ormas atau Ulama?

.

Oleh Syahruddin El Fikri

SAJADA.ID—Sahabat yang dirahmati Allah SWT. Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha, beberapa kali terjadi perbedaan di kalangan umat Islam di Indonesia. Bahkan pada awal Ramadhan 1445 Hijriyah kali ini pun, terjadi perbedaan di kalangan ormas Islam, ulama, dan pemerintah. Organisasi Muhammadiyah, jauh-jauh hari sebelumnya sudah menetapkan bahwa 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada Hari Senin, 11 Maret 2024.

Sementara organisasi lainnya, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dalam beberapa pandangannya yang beredar di kalangan masyarakat melalui media sosial, menyebutkan kemungkinan awal puasa Ramadhan berbeda dengan Muhammadiyah. Dan NU lebih cenderung mengawali puasa Ramadhan pada Hari Selasa, tanggal 12 Maret 2024 M.

Pun demikian halnya dengan pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) RI, cenderung mengawali puasa pada 12 Maret 2024. Sebagaimana diketahui, akhirnya Pemerintah dan mayoritas ormas Islam menetapkan awal puasa Ramadhan umat Islam di Indonesia pada Hari Selasa, 12 Maret 2024 M.

Baca Juga: Menghisabkan NU Merukyatkan Muhammadiyah

Namun demikian, pada lebaran Idul Fitri 1445 H, kemungkinan besar akan bersamaan yakni tanggal 10 April 2024, bertepatan dengan hari Rabu. Artinya dengan keputusan yang dibuat ini, Muhammadiyah akan berpuasa selama 30 hari dan NU serta pemerintah sekitar 29 hari.

Perbedaan ini terkadang membuat umat Islam menjadi bingung. Mana yang harus diikuti pendapatnya? Apakah ormas Islam, ulama, atau mengikuti pendapat dan keputusan pemerintah?

Sebagaimana dimaklumi bersama, dalam organisasi Muhamamdiyah terdapat tokoh agama dan ahli falak yang mumpuni. Organisasi Persatuan Islam (Persis), NU, Al-Washaliyah, Mathlaul Anwar (MA), Nahdlatul Wathan (NW), Al-Irsyad, Jam’iyyatul Khair, juga memiliki ulama mumpuni dalam bidang ilmu falak. Pemerintah (Kemenag) juga demikian. Sama-sama memiliki ulama yang ahli dalam bidang falak, kenapa berbeda, dan mana yang harus diikuti?

Sebagian ada yang ikut ormas Muhammadiyah berpuasa pada Senin (11 Maret 2024), dan ada pula yang ikut versi pemerintah serta mayoritas ormas pada Selasa (12 Maret 2024). Kondisi ini kerap menimbulkan friksi atau riak-riak kecil di masyarakat, yang terkadang berujung pada sentimental dan primordialisme keagamaan. Walaupun hal itu tidak sampai menimbulkan kontak fisik yang membahayakan.

Baca Juga: Mengapa Muhammadiyah Bersikukuh Memakai Hisab Ketimbang Rukyat?

Upaya mewujudkan keseragaman atau persatuan mengawali puasa atau berlebaran melalui satu suara, tampaknya masih harus diupayakan dan dimaksimalkan. Sebagaimana diketahui bersama, beberapa negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam, melalui MABIMS (Mmajelis Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) telah menyepakati keseragaman dalam mengawali tahun hijriyah dan hal-hal yang berkaitan dengan ibadah.

Namun demikian, tetap saja ada perbedaan dalam praktiknya. Artinya upaya menyatukan kalender hijriyah (Islam) secara global sudah diupayakan, namun masih belum ada titik temu, mengenai metode yang disepakati, apakah menggunakan wujudul hilal (tampak hilal di atas ufuk) atau imkanur rukyat (bulan terlihat dengan mata telanjang atau menggunakan alat).

Pangkal perbedaan yang selama ini terjadi di kalangan kedua ormas tersebut dalam menetapkan awal dan akhir Ramadhan adalah berdasarkan pada perbedaan dalam memahami hadits yang berbunyi; “Shumu li ru'yatihi wa afthiru li ru'yatihi, fain ghumma `alaihi fa istakmiluhu tsalatsina yawman (Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal, bila tertutup awan, maka sempurnakanlah bilangan bulan (Sya'ban) menjadi 30 hari.)"

Perbedaan dalam memahami hadits inilah yang menjadi pangkal perbedaan dalam menetapkan awal dan akhir Ramadhan. Dari dasar itu, lalu kemudian muncul dua pemahaman dalam menentukan awal Ramadhan dan awal Syawal.

Baca Juga:

Cara Membuat Tempat Wudhu yang Baik

10 Keutamaan Wudhu

Bukan Berdiri atau Jongkok, Begini Posisi Wudhu yang Baik

A to Z Masalah Wudhu

× Image