Kisah Kemuliaan Sya'ban dan Diangkatnya Amal Perbuatan Manusia
Dari Abdullah bin Abi Qais, beliau mendengar Aisyah berkata: “Bulan yang paling dicintai Rasulullah SAW adalah puasa Sya`ban lalu disambungkan dengan Ramadhan.”
Dari Anas bin Malik beliau berkata: Dikatakan, “Ya Rasulullah, puasa manakah yang lebih baik?” Beliau menjawab: Puasa Sya`ban adalah untuk meninggikan Ramadhan. Beliau bertanya: “Sedekah manakah yang lebih utama?” Beliau menjawab: “Sedekah di bulan Ramadhan.” (Lihat karya Imam Nawawi, Riyadh, tetang keutamaan puasa muharam, Sya’ban, dan bulan suci lainnya), hlm 291, jilid 1).
Ibnu al-Qayyim dalam Bada’i al-Fawaíd menuliskan, bahwa Rasul SAW berpuasa sepanjang bulan Sya'ban.
Baca Juga: Makna Sya'ban Sebagai Bulan Mulia
Dalam hadits lain, Rasul SAW bersabda: "Aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa.” (HR Abu Dawud dan Nasa'i).
Baca Juga: Bulan Sya'ban adalah Bulan yang Dilalaikan Umat Manusia
Abdullah berkata: “Aku berkata kepada ayahku: Apakah Rasul SAW berpuasa sepanjang bulan Sya’ban? Beliau berkata, “Tidak ada salahnya berpuasa pada hari yang dia ragukan jika dia tidak berniat bahwa itu adalah bulan Ramadhan, karena Nabi Muhammad SAW biasa menghubungkan Sya’ban dengan Ramadhan, sehingga hari itu adalah hari Ramadhan.
Bulan diangkatnya amal
Diriwayatkan dari oleh Katsir bin Murrah al-Hadrami, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Pada malam pertengahan Sya'ban, Allah SWT mengampuni manusia yang ada di bumi, kecuali orang musyrik dan orang yang suka bertengkar (memutus silaturahim).”
Dari Abu Tha'labah Al-Khushni, dari Nabi sallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Ketika malam tiba pertengahan (nisfu) Sya'ban, Allah memandang ciptaan-Nya dan mengampuni orang beriman (mukmin) dan murka terhadap orang-orang kafir dan bermaksiat hingga mereka bertaubat.”
Baca Juga:
Baca Sholawat JIbril Membawa Berkah
Nisfu Sya'ban Hari Raya Malaikat