Kisah Kemuliaan Sya'ban dan Diangkatnya Amal Perbuatan Manusia
Kisah Kemuliaan Sya’ban dan Diangkatnya Amal Perbuatan Manusia
.
SAJADA.ID—Sahabat yang dirahmati Allah SWT.
Tak terasa, saat ini kita sudah berada di pekan ketiga bulan Sya’ban. Bulan yang penuh rahmat serta diangkatnya amal perbuatan manusia. Bahkan pada malam nisfu Sya’ban, yakni malam ke-15, jutaan umat Islam di seluruh dunia memperingati malam penuh keagungan itu dengan berbagai ibadah mulia.
Para ulama, baik salaf (dulu) maupun khalaf (modern), telah menulis berbagai karya yang secara khusus membahas mengenai Sya’ban dan malam Nisfu Sya’ban. Misalnya karya Najm al-Ghayti, Ibnu Hajar al-Makki, Ali al-Qari, dan Salim al-Sanhuri.
Baca Juga: Keutamaan Sayyidul Istighfar
Bahkan Al-Baihaqi dan yang lainnya mempunyai risalah terkenal tentang keutamaan malam yang diberkahi itu (nisfu sya’ban). Di antara yang paling terkenal adalah kitab Al Latif yang ditulis oleh Ibnu Rajab Al-Hanbali, dan kitab Fadhaílul Awqat karya Imam Al-Bayhaqi.
Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan yang paling dicintai Rasulullah SAW. Karena Sya’ban adalah bulannya Rasul SAW, sebagaimana diriwayatkan Al-Bayhaqi dengan rantai sanad dari Anas bin Malik, yang mengatakan: Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Bulan-bulan Allah yang paling baik adalah bulan Rajab, dan itu adalah bulan Allah. Barangsiapa memuliakan bulan Rajab, maka ia menjunjung perintah Allah, dan barangsiapa melaksanakan perintah-Nya maka akan Dia akan memasukkannya ke surga yang penuh kebahagiaan, dan mengaruniakannya keridhaan-Nya yang paling besar. Sya`ban adalah bulanku. Maka barangsiapa yang memuliakan Sya`ban, maka dia telah menjunjung urusanku, dan siapa pun yang menjunjung urusanku, aku akan memberikan syafaat untuknya pada hari kiamat. Bulan Ramadhan adalah bulannya umatku. Maka siapa yang memuliakan bulan Ramadhan dan mengagungkan kesuciannya dan tidak melanggarnya serta berpuasa pada siangnya dan mengerjakan ibadah pada malamnya serta menjaga anggota badannya dari maksiat, maka setelah Ramadhan, ia laksana bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya.”
Baca Juga: Siapa Bilang Puasa Nisfu Sya'ban itu Bidah?
Hal ini menjadi bukti bahwa kemuliaan Sya’ban, diperkuat dengan kebiasaan Rasulullah SAW berpuasa pada siang hari Sya’ban. Dalam Sahih Muslim, diriwayatkan dari Abu Salamah, dia berkata, Aku bertanya kepada Aisyah radhiyallahu 'anha, tentang puasa Rasulullah SAW, dan dia berkata: “Rasulullah terbiasa berpuasa.” Sampai kami katakan Beliau telah berpuasa sepanjang waktu. Dan saat beliau berbuka, kami mengatakan beliau telah berbuka (tidak berpuasa). Saya belum pernah melihat Beliau berpuasa lebih dari sebulan selain dia berpuasa di bulan Sya'ban. Beliau berpuasa sepanjang bulan Sya’ban, dan sedikit sekali beliau berbuka (tidak berpuasa) pada bulan Sya’ban.”
Artikel Terkait:
Siapa Bilang Puasa Nisfu Sya'ban itu Bidah?
Nisfu Sya'ban Hari Raya Malaikat
Doa Mustajab di Akhir Bulan Rajab
Baca Sholawat JIbril Membawa Berkah
Dalam Kitab As-Sunan, “Dari Ummu Salamah, ia berkata; Nabi Muhammad SAW tidak berpuasa sepanjang tahun kecuali selama dua bulan, yakni Sya’ban dan Ramadhan.”