Home > Hikmah

Rasul SAW Menolak Menyalatkan Tiga Orang Ini

Mereka dianggap melakukan dosa besar yang terbawa hingga akhir hayatnya.

Suatu ketika, Nabi Muhammad mendatangi rumah salah satu orang yang meninggal dunia. Kemudian, saat akan dishalatkan, Rasulullah SAW bertanya kepada hadirin;

"Akana alaihi dainun (apakah dia punya utang)?" tanya Nabi Muhammad kepada sahabat.

Mendengar hal tersebut, sejumlah sahabat yang mengetahui bahwa almarhum punya utang lantas menjawab; “Punya, ya Rasulallah, jumlahnya sebanyak dua dinar," jawab sahabat.

Mendengar hal itu, Rasulullah SAW beranjak pergi. Beliau memilih pulang dan tidak bersedia menyalatkan almarhum. Rasul memerintahkan ahi waris atau sahabat yang hadir ada yang bersedia melunasi utang almarhum.

Baca Juga: Doa Kaffaratul Majelis

Menyaksikan kondisi itu, dan Rasullullah sudah beranjak pulang, akhirnya salah seorang sahabat berseru; “Utangnya almarhum ini, saya yang menanggungnya," kata seorang sahabat. Mendengar hal itu, Nabi Muhammad SAW kembali dan beliau bersedia menyalatkan jenazah tersebut.

Dari ilustrasi ini, maka utang yang dimiliki hendaknya benar-benar dipertanggungjawabkan, yakni dilunasi. Termasuk pinjaman online (pinjol). Berhati-hatilah terhadap pihak-pihak yang menawarkan pinjaman utang, karena ujungnya dapat memberatkan.

Baca Juga: Susunan Wirid dan Zikir Istighotsah

Oleh karena itu, waspadalah terhadap utang maupun pinjaman langsung atau yang online. Hal ini bertujuan, agar jika meninggal dunia (wafat), maka mereka tidak menanggung utang lagi. Jika sampai wafatnya tidak dilunasi atau tidak ada yang melunasinya, maka selama itu pula jenazah akan mendapatkan siksaan di alam kuburnya. Na’udzu billahi min dzalik.

Ini adalah utang dalam bentuk harta (materi). Bagaimana dengan utang janji seperti janji-janji kampanyenya dan akhirnya diingkari? Dalam Islam, disebutkan orang yang berjanji namun tidak ditepati (diingkari), maka mereka itu termasuk ke dalam kelompok orang munafik. Dalam Al-Quran disebutkan, orang munafik itu tempatnya di neraka yang paling bawah (dasarnya neraka). Lihat Surat An-Nisa [4]: ayat 145.

“Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang pun penolong bagi mereka.

× Image