Ada Apa Saja di Bulan Sya'ban
Sehingga apa yang dikomentarkan oleh sayyidah “Aisyah telah menjadi sebuah kenyataan, yaitu:
“Aku tidak melihat Tuhanmu kecuali Ia selalu segera mengabulkan apa yang engkau inginkan.” (HR. al-Bukhari)
Kendati demikian, Rasulullah SAW selalu tetap berupaya melakukan sesuatu yang menjadikan Allah rela kepadanya.
Sementara itu, Syekh Abu Hatim al-Busty berkata: “Orang Islam shalat menghadap ke Baitul Maqdis selama 17 bulan dan 3 hari. Demikian itu karena Rasulullah SAW tiba di Madinah pada hari Senin tanggal 12 Robi’ul Awal. Lalu Allah memerintahkan beliau menghadap Ka’bah pada hari Selasa pertengahan bulan Sya’ban.”
Baca Juga: Bulan Sya'ban adalah Bulan yang Dilalaikan Umat Manusia
Pelaporan Amal
Di antara keistimewaan bulan Sya’ban adalah bulan dilaporkannya amal perbuatan manusia. Pelaporan ini adalah pelaporan yang sifatnya lebih luas dari pada pelaporan-pelaporan yang lain. Hal ini berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid:
“Aku mengatakan: “Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa di suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban.” Lalu beliau bersabda: “Bulan itu banyak dilupakan oleh manusia. Ia adalah suatu bulan di antara bulan Rajab dan Ramadhan. la adalah suatu bulan yang mana pada saat itu amal perbuatan manusia dilaporkan kepada Allah Tuhan semesta alam. Dan aku ingin ketika amal perbuatanku dilaporkan, aku dalam keadaan sedang berpuasa.” (HR. An-Nasa’i). Sayid Alawi Al Maliki mengatakan; hadits serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Musnad-nya.
Pelaporan amal perbuatan manusia itu tidak hanya terjadi di bulan Sya’ban saja, melainkan berdasarkan beberapa hadits, ada beberapa kali pelaporan amal pada waktu yang berbeda-beda. Dan hal itu tidak menjadikan saling menafikan, karena setiap laporan mempunyai pengertian dan tinjauan hukum tersendiri yang berkaitan dengan masing-masing pelaporan.
Baca Juga: Macam-Macam dan Keutamaan Shalawat Nabi
Imam Mundziri berkata: Arti pelaporan amal perbuatan manusia yang terkandung dalam hadits di atas adalah: dilaporkannya amal perbuatan siang hari di permulaan malam yang tiba setelahnya. Dan dilaporkannya amal perbuatan malam hari pada permulaan siang hari yang jatuh setelahnya. Karena sesungguhnya para malaikat yang tugasnya berjaga akan naik di saat permulaan siang hari dengan membawa laporan amal perbuatan malam hari ketika telah berakhir, begitu pula mereka akan naik di waktu permulaan malam hari dengan membawa laporan amal perbuatan siang hari.
Demikian itu Imam Mundziri bertendensi pada sebuah hadits yang yang termaktub dalam kitab Shahihain (Shahih Bukhari-Muslim) dari riwayat Abu Hurairah RA.
“Rasulullah SAW bersabda: telah bergantian para malaikat (pencatat amal perbuatan) di malam hari dengan malaikat pencatat amal perbuatan di siang hari. Mereka akan berkumpul di saat shalat subuh dan shalat Ashar, maka para malaikat yang semalaman dengan kalian akan naik. Lalu Allah (Tuhan mereka) bertanya, dan Ia adalah Maha Mengetahui, “Bagaimana keadaan hambahamba-Ku di saat sedang engkau tinggalkan dan di saat engkau sedang datang kepadanya? Para malaikat itu pun menjawab: Aku tinggalkan mereka sedang dalam keadaan melakukan shalat dan di Saat aku datang pun mereka juga sedang dalam keadaan shalat.”
Artikel Terkait:
Siapa Bilang Puasa Nisfu Sya'ban itu Bidah?
Imam Tirmidzi dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Saib RA, bahwasanya Rasulullah SAW senantiasa melakukan shalat empat rakaat setelah tergelincirnya matahari, demikian itu sebelum diwajibkannya shalat Zhuhur. Lalu beliau bersabda: “Di saat (seperti itu) pintu-pintu langit dibuka, maka aku senang Jika di saat itu ada amalku yang naik.” Disarikan dari hadits di atas adanya keutamaan shalat sunah qabliyah Zhuhur.
“Diceritakan dari Abu Ayub al-Anshori dari nabi SAW, beliau bersabda: shalat qabliyah Zhuhur empat rakaat tanpa adanya salam itu menjadikan pintu-pintu langit terbuka.”
Baca Juga: Doa Nisfu Sya'ban
Imam Thabrani juga meriwayatkan dari Abu Ayub, ia berkata: “Ketika Rasulullah SAW bertempat tinggal (di rumahku), saat beliau hijrah ke Madinah, aku melihat beliau selalu melakukan shalat empat rakaat setelah melakukan shalat Zhuhur, dan beliau bersabda: sesungghnya jika matahari tergelincir maka pintu-pintu langit dibuka dan pintu itu tidaklah ditutup kembali kecuali jika Shalat Zhuhur sudah dilakukan. Aku senang jika pada saat itu aku melakukan amal kebajikan yang kemudian dilaporkan.”
Abdullah berkata: hendaknya seorang muslim senantiasa gemar melakukan shalat sunah qabliyah Zhuhur di saat waktu zawal dan memperbanyak doa. Karena saat-saat seperti itu adalah saat dikabulkannya doa, sebab pada saat itu pintu-pintu langit dibuka.