Seperti Cinta, Rahasiakanlah Orang yang Mengeluarkan Angin (Kentut)
Seperti Cinta, Rahasiakanlah Orang yang Mengeluarkan Angin (Kentut)
Tak perlu mengusut siapa yang buang gas (kentut).
Oleh Syahruddin El Fikri
SAJADA.ID—Sahabat yang dirahmati Allah SWT.
Buang angin atau kentut itu seperti kata istilah, adalah laksana cinta. Diketahui orang jadi malu, tapi kalau didiamkan bikin rindu atau sakit tak berkesudahan. Ya, cinta kepada seseorang bila diungkapkan kepada khalayak ramai sangat tidak baik, dan bisa membuat malu. Tetapi, bila terus dipendam, maka akan selalu terbayang wajahnya yang cantik atau tampan.
Nah, perkara buang angin, memang tidak enak. Jika didiamkan dapat membuat perut tambah sakit. Tetapi jika dikeluarkan terutama di hadapan orang banyak, maka akan sangat memalukan.
Baca Juga: Kencing Sembarangan, Siksa Kubur Siap Menanti
Dalam Majma`uz-Zawâ`id (1257), Jarir meriwayatkan bahwa Umar memimpin shalat kaum muslimin. Tiba-tiba seorang dari mereka mengeluarkan sesuatu. Umar pun berkata, “Aku menyumpah pemilik suara ini agar berwudhu dan mengulangi shalat.” Jarir berkata, “Seandainya kamu menyumpah semua orang yang mendengarnya agar berwudhu dan mengulangi shalat.” Umar berkata, “Baiklah.” Jarir berkata, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan.” Kemudian Umar memerintahkan hal itu. (HR Thabrani).
Baca Juga: A to Z Masalah Wudhu
Berkaca dari keterangan di atas, maka tidak elok bila seseorang yang kentut kemudian dikucilkan, walaupun terkadang menjengkelkan. Karena membuat suasana bisa menjadi kacau.
Namun demikian, Rasul SAW memerintahkan umatnya untuk menutupi aib orang yang kentut tersebut, dan tak perlu mengumbarnya. Dan tak perlu juga mengusut siapa yang kentut atau buang gas tersebut.
Diceritakan, suatu ketika Rasulullah SAW dan para sahabatnya berkumpul untuk makan bersama. Tiba-tiba, salah seorang sahabat mengalami momen yang mungkin memalukan: melepaskan gas alias kentut. Para sahabat berbisik-bisik antara yag satu dengan lainnya dan menduga-duga. Sahabat yang kentut itu merasa sangat malu, dan ia terus menyembunyikan diri dengan diam saja.
Rasulullah SAW mengetahui hal itu, dan beliau tetap melanjutkan makan bersama sahabat-sahabatnya yang lain tanpa menghiraukan siapa yang buang gas tadi. Tetapi Rasulullah melihat salah satu sahabat yang tersipu malu dan berusaha menyembunyikan diri.
Tak lama setelah menyantap kudapan daging unta, azan maghrib pun berkumandang. Waktu shalat telah tiba. Beliau menyarankan agar mereka yang makan daging unta berwudhu sebelum melaksanakan shalat Maghrib. Rasulullah SAW pun bersabda, “Siapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu.” (HR Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Baca Juga: Lima Hal yang Membatalkan Wudhu
Perintah Rasulullah SAW agar mereka yang makan daging unta berwudhu bukanlah berarti bahwa memakan daging unta secara otomatis membatalkan wudhu. Ini adalah contoh bagaimana Rasulullah SAW bertindak dengan bijaksana dan penuh perasaan terhadap perasaan sahabat yang sebelumnya melepaskan gas. Rasulullah SAW ingin memastikan bahwa sahabat tersebut tidak merasa malu atau terpapar dalam situasi tersebut.
Rasulullah SAW juga pernah memberikan nasihat tentang menghormati dan tidak perlu merendahkan orang lain, bahkan dalam situasi yang bisa dianggap lucu atau memalukan. Nabi Saw pernah bertanya kepada para sahabat mengapa mereka tertawa ketika mendengar kentut, sementara mereka juga mengalami hal serupa. “Mengapa kalian mentertawakan kentut yang kalian juga biasa mengalaminya.” (HR. Bukhari 4942 dan Muslim 2855).
Baca Juga: Bersihkan Diri Saat Menghadap Allah