Home > Fiqih

Bersihkanlah Diri Saat Menghadap Kepada Allah

Tidak sah shalat seseorang bila dia dalam keadaan berhadats.
Membersihkan diri dan memakai pakaian yang indah sangat disukai Allah. (Republika)
Membersihkan diri dan memakai pakaian yang indah sangat disukai Allah. (Republika)

Bersihkanlah Diri Saat Menghadap Kepada Allah

Tidak sah shalat seseorang bila dia dalam keadaan berhadats.

Oleh Syahruddin El Fikri

SAJADA.ID—Sahabat yang dirahmati Allah SWT.

Allah SWT sangat menganjurkan umatnya untuk senantiasa membersihkan diri, baik dengan cara mandi, berwudhu, tayamum, atau pun dengan istinja. Bila berhadats besar membersihkan diri dengan mandi besar (janabat/junub), bila berhadats dengan berwudhu, bila berhadats dan tak menemukan air, maka bisa menggunakan debu atau batu, dan bila membuang najis (kotoran) seperti kencing maupun air besar, hendaknya dengan beristinja.

Demikianlah Islam mengajarkan kepada umatnya tata cara membersihkan diri. Oleh karena itu, jika kita dalam keadaan berhadats, maka hendaknya membersihkan diri, terlebih saat akan mendirikan shalat.

Baca Juga: Empat Cara Membersihkan Diri

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan; Ällah tidak akan menerima shalat seseorang yang sedang berhadats, hingga dia berwudhu. Hadits menjelaskan, pentingnya setiap muslim berwudhu saat akan mendirikan shalat. Sebab, shalat seseorang tidak akan diterima Allah SWT, bila dirinya sedang berhadats.

Dalam Majma`uz-Zawâ`id (1254), Aisyah istri Nabi saw. meriwayatkan bahwa Salma budak Rasulullah saw., istri Abu Rafi’ budak Rasulullah saw., datang kepada Rasulullah saw. untuk mengadukan Abu Rafi’ yang telah memukulnya. Rasulullah saw. pun berkata kepada Abu Rafi’, “Ada apa dengan kamu dan dia, wahai Abu Rafi’?” Abu Rafi’ berkata, “Dia menyusahkanku, wahai Rasulullah.”

Rasulullah saw. berkata, “Dengan apa kamu menyusahkannya, wahai Salma?” Salma berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak menyusahkannya sedikit pun. Tetapi dia berhadats ketika sedang shalat. Aku pun berkata kepadanya, ‘Wahai Abu Rafi’, sesungguhnya Rasulullah saw. telah memerintahkan kaum muslim untuk berwudhu apabila mereka mengeluarkan angin.’ Tetapi dia justru berdiri dan memukulku.” Rasulullah saw. pun tertawa dan berkata, “Wahai Abu Rafi’, sesungguhnya dia tidak menyuruhmu selain untuk melakukan kebaikan.” (HR Ahmad, Bazzar, dan Thabrani).

Baca Juga: A to Z Masalah Wudhu

Setiap muslim, tentu merasa malu bila dirinya tidak bersih. Terlebih lagi saat bertemu dengan orang lain ketika dirinya sedang kotor. Pun demikian halnya ketika menghadap kepada Allah SWT.

Sering orang mengistilahkan, jika menghadap pejabat saja, entah lurah, kades, camat, bupati, walikota, gubernur, menteri, atau bahkan presiden, dia harus berpakaian yang bersih, dan mandi dengan baik serta memakai wangi-wangian, kenapa menghadap kepada Allah tidak memiliki rasa malu? Kenapa menghadap Allah berpakaian kotor, bahkan memakai baju tidur. Oleh karena itulah, seorang muslim diharuskan punya rasa malu, sifat malu kepada Allah.

Dalam Majma`uz-Zawâ`id, Hushain al-Muzani meriwayatkan bahwa Ali berkata di atas mimbar, “Wahai manusia, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,

لَا يَقْطَعُ الصَّلَاةَ إِلَّا الحَدَثُ.

‘Tidak ada yang memutuskan shalat kecuali hadats.’ Aku tidak malu untuk mengatakan sesuatu yang Rasulullah saw. tidak malu untuk mengatakannya. Dan hadats adalah kentut.” (HR Abdullah bin Ahmad dan Thabrani).

Baca Juga: Dahsyatnya Wudhu, Empat Teori Kesehatan Menyatu dalam Wudhu

× Image