Lebih Baik Diam daripada Bicara yang Tidak Bermanfaat
Konon ada seseorang ditanya ketika sakit keras di mana dia mati Dia ditanya demikian: "Apa yang anda wasiatkan kepada kami?" Dia menjawab: "Jika kamu ingin, maka aku kumpulkan ilmu ulama, hikmah para ahli hikmah dan obat para dokter dalam tiga kalimat. Ilmu ulama adalah jika kamu ditanya tentang sesuatu yang kamu tidak tahu, maka katakan: "Aku tak tahu".
Hikmah para ahli hikmah adalah: "Jika kamu bersama orang banyak, maka hendaklah kamu paling diam". Jika mereka benar, kamu termasuk mereka. Namun jika mereka salah, kamu terlepas dari kesalahan mereka. Obat para dokter adalah: "Jika kamu memakan suatu makanan, maka janganlah kamu berdiri, kecuali kamu masih menginginkannya". Jika demikian, maka hanya sakit mati yang menimpa dirimu". Demikian penjelasan Syabarkhiti dalam Al Futuhat Al Wahbiyah.
Nabi saw. bersabda:
مَنْ أَخْرَسَ لِسَانَهُ لَمْ يَسْتَحِقَّ أَحَدُ مَهَانَتَهُ
"Barangsiapa membisukan lidahnya, maka tak seorangpun berhak menghinanya".
Ada makalah mengatakan: "Diam itu tidurnya lidah. Berbicara itu lidah terjaga. Orang itu bersembunyi di bawah lipatan lidahnya, bukan di bawah kopiah panjangnya."
Nabi saw. bersabda:
الحِكْمَة عَشَرَةُ اجْزَاء تِسْعَةً مِنْهَا فِي الْعُزْلَةِ وَوَاحِدُ في الصمت
"Hikmah itu sepuluh bagian. Sembilan di antaranya dalam menyingkir dan satu dalam diam." (HR. Ibnu Adiy dan Ibnu Lal dari Abu Hurairah)
Hikmah adalah menggunakan jiwa untuk mengambil perbuatan yang terpuji dengan kemampuan biasa. Karena itu sebaiknya setiap orang yang ingin sampai kepada ridha Allah menjauhi bercampur baur, khususnya dengan lawan jenis. Demikian penjelasan Azizi. Namun sanad hadits tersebut lemah.