Home > Pustaka

Inilah Ksatria Tangguh Sang Penakluk Yerusalem

Sang Penakluk dan Pembebas Kota Yerusalem itu bernama Shalahuddin Al Ayyubi.

Kini, ketika pasukan Shalahuddin datang dan mengua­sai Yerusalem. Tak ada balas dendam yang ditakutkan. Shalahuddin mengampuni semua penduduk Kristen Yerusalem. Hanya orang-orang yang pernah bertempur atau pejuang-pejuang Kristen yang diminta meninggalkan kota setelah membayar tebusan. Dalam banyak kasus, ternyata Shalahuddin memberikan uang tebusan dari kantongnya sendiri dan memberi ongkos transportasi.

Sultan Shalahuddin pun sangat tersentuh dengan per­mohonan sejumlah wanita Kristen. Dengan menggendong anak-anaknya, mereka meminta para suami yang tertawan dibebaskan. Permintaan ini pun dipenuhi sang Sultan dan semua lelaki yang tertawan dibebaskan serta diberi kebe­basan membawa semua harta benda yang dimiliki.

Jatuhnya Yerusalem membuat umat Kristen kacau balau. Raja Jerman, Prancis dan Inggris pun segera mengam­bil langkah bersama untuk bersatu padu mengumpulkan kekuatan guna menuntut balas. Pasukan gabungan ketiga negara tersebut dibentuk untuk melancarkan serangan di bawah komando Raja Richard ‘Berhati Singa.’ Mereka segera mengepung kota Akra selama beberapa bulan. Pasukan Is­lam yang terdesak akhirnya menyerah dengan syarat tak satu pun penduduk boleh dibunuh dan mereka akan mem­bayar 200 ribu keping emas sebagai jaminannya. Richard setuju. Namun, ketika pembayaran jaminan itu terlambat, tanpa ampun semua penduduk Akra dibantai tanpa sisa.

Kekejaman Raja Inggris ini membangkitkan kemara­han Sultan Shalahuddin Al Ayyubi. Segera ia pun memimpin langsung serangan balasan kepada pasukan gabungan Kristen. Sepanjang garis pantai 150 mil dan dalam 11 kali pertempuran, pasu­kan Islam memorakporandakan pasukan Kristen. Akhirnya, di bulan September 1192 M, perdamaian pun dicapai dan pasukan Perang Salib meninggalkan medan peperangan dengan kekalahan yang menyakitkan. Michaud mencatat dari 600 ribu pasukan yang dikirim ke Akra, hanya tinggal 100 ribu yang kembali ke Eropa.

Kondisi pun kembali berjalan normal. Namun, tiba-ti­ba tersebar kabar bahwa setibanya di Inggris Raja Richard sakit keras, maka Sultan Shalahuddin yang juga seorang dokter itu merasa iba. Dengan pakaian yang lazim dipakai oleh orang Eropa dan topeng dari kulit di wajahnya, Sultan menyamar, datang ke tempat tinggal Richard untuk mengobatinya. Ketika pakaian samarannya itu ditanggalkan, Raja Richard pun terkejut bahwa sang tabib itu ternyata adalah orang yang dimusuhinya.

“Shalahuddin, aku adalah orang yang memusuhimu, mengapa engkau tak membunuhku?,” tanya Raja Richard terheran-heran.

“Tidak, agamaku mela­rang membunuh musuh dalam keadaan lemah atau sakit,” jawab Shalahuddin penuh ksatria.

× Image