Home > Agama

Literasi dan Tantangan Peradaban NU

Nahdlatul Ulama tak kekurangan penulis hebat dalam membuat karya tulis berbahasa Arab.

Tantangan Peradaban NU

Inilah salah satu tantangan besar NU di abad kedua ini, yakni membiasakan dan mentradisikan kembali budaya menulis kitab oleh para kyai, ulama, yang menjadi tokoh panutan santri. Sehingga nama dan karya mereka, akan lestari dan abadi di hati umat.

Saat ini, mungkin tidak banyak tokoh atau ulama NU yang mampu menulis karya dalam Bahasa Arab. Jika menulis dalam Bahasa Indonesia, tentu sangat banyak. Tapi khusus kitab yang berbahasa Arab, sepertinya belum banyak untuk saat ini. Semoga ke depan semakin banyak.

Penulis bersyukur dengan struktur kepengurusan PBNU saat ini, yakni Rais Aam KH Miftachul Achyar dan Ketua Umum PBNU Gus Yahya memasukkan nama-nama ulama penulis NU ke dalam struktur kepengurusan. Di antara nama yang tidak banyak itu, rasanya wajar untuk lebih diunggulkan nama-nama berikut yang memiliki kepedulian besar dalam dunia literasi dan kitab klasik yang ditulis dalam bahasa Arab. Di antaranya KH Afifuddin Muhajir, KH. Bahauddin Nursalim (Gus Baha), Dr. KH. Afifuddin Dimaythi Romly (Gus Awis), dan KH. Zulfa Musthofa.

Perayaan Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama (screenshoot)
Perayaan Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama (screenshoot)

Penulis melihat tokoh-tokoh ini telah mengikuti para pendahulu dan muassis NU yang ‘hobi’ menulis kitab (karya) dalam Bahasa Arab. KH. Afifuddin Muhajir yang menjabat sebagai Wakil Rais Aam PBNU memiliki karya berbahasa Arab, di antaranya Al-Luqmah al-Sāighah (pengantar dalam dalam ilmu Nahwu, dan kitab ini dijadikan pelajaran di Madrasah Ibtida’iyah Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Sitobondo). Kemudian ada Fatḥ al-Mujīb al-Qarīb, syaraḥ atau komentar terhadap Kitab Taqrīb, Al-Aḥkām al-Syar’īyah baina al-Ṡabāt wa al-Murūnah (kitab ini awalnya merupakan tesis beliau di Pascasarjana Universitas Islam Malang), Al-Wasaṭiyah al-Islamiyyah Wa Madzāruha Fi Daulati Pancasila (materi yang disampaikan dalam acara International Conference of Islamic Scholars di Pesantren al-Hikam Depok), dan Daulah al-Pancasila fi Mandzūr al-Siyāsī ulama al-Basantrin wa Nahdlatul Ulama.

Kemudian KH. Zulfa Musthofa, beliau dikenal sebagai sosok ulama yang unik, karena kerap memunculkan syair-syair atau pujian untuk seseorang tokoh. Di antara karya beliau adalah kitab al-Fatwa wa Ma La Yanbaghi Li al-Mutafaqqih Jahluhu dan kitab Diqqat al Qonnas fi Fahmi Kalam al-Imam al-Syafi'i.

Tokoh lainnya yang tak kalah hebat adalah KH. Bahauddin Nursalim, atau akrab disapa Gus Baha. Gus Baha menjadi rujukan para tokoh besar dalam bidang tafsir, fikih, tasawuf, dan lainnya. Di antara karya Gus Baha adalah Hafadzana li Hadza Al-Mushaf li Baha’uddin Nur Salim dan kitab tafsir Al-Qur’an versi UII. Dalam tafsir ini beliau berusaha agar karakteristiknya lekat dengan rasa Indonesia tanpa mengubah makna Al-Qur’an.

Lanjut....

× Image