Menghisabkan NU, Merukyatkan Muhammadiyah; Upaya Menyatukan Penetapan Kalender Islam
Hal inilah yang sering menimbulkan ketidakpercayaan sebagian kelompok masyarakat terhadap ketetapan pemerintah sebagai Ulul Amri yang mestinya ditaati, sehingga muncul ketetapan awal-akhir Ramadhan dari ormas NU dan Muhammadiyah dengan cara sendiri-sendiri baik dengan bahasa instruksi maupun ihbar.
Realitasnya selama ini, walaupun sudah ada sidang Isbat yang dilakukan oleh Pemerintah cq Menteri Agama yang diikuti oleh perwakilan ormas Islam di Indonesia dan pihak-pihak terkait, namun kenyataannya di masyarakat masih ada "ketetapan-ketetapan lain" yang kadang berbeda dengan ketetapan pemerintah tersebut.
"Misalnya NU dengan menggunakan istilah ihbar dan Muhammadiyah dengan menggunakan instruksi. Kedua ketetapan tersebut walaupun sifatnya menggunakan bahasa ihbar dan instruksi, tetapi masyakat awam masih sulit memahaminya. Maka untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat tersebut, dalam era pemerintahan sekarang ini perlu adanya langkah konkret yang objektif persuasif.
Di samping juga mengambil langkah-langkah kebijakan penetapan awal-akhir Ramadhan itu harus sesuai dengan aspirasi dan standar penetapan hukum penetapan yang objektif dan ilmiah. Sehingga tidak ada kecenderungan atau keberpihakan pada dasar penetapan yang dipakai oleh siapa yang sedang berkuasa atau dari ormas mana menteri agamanya berasal.
Menurut cendekiawan muslim Nurcholis Madjid, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah merupakan dua sayap burung garuda Pancasila Indonesia yang harus dikompromikan jika ingin menjadikan negara ini besar. Jejak kompromi tersebut, adalah bagaimana "mengkyaikan Muhammadiyah dan mendoktorkan Nahdlatul Ulama" sebagaimana yang ditawarkan oleh Abdurrahman Mas'ud.