Home > Hikmah

Lima Kegelapan Versus Lima Pelita, Nasihat Abu Bakar

Inilah lima nasihat Abu Bakar Ash-Shiddiq
Cahaya dalam kegelapan (ilustrasi)
Cahaya dalam kegelapan (ilustrasi)

Lima Kegelapan Versus Lima Pelita

Oleh Syahruddin El-Fikri

SAJADA.ID—Sahabat yang dirahmati Allah SWT. Dunia yang dihuni saat ini hanyalah sementara. Ada pun akhirat, alam yang ditempati seluruh makhluk setelah kiamat, akan abadi. Maka umat Islam diperintahkan oleh Allah untuk mengutamakan urusan akhirat, karena Akhirat itu lebih baik daripada dunia.

وَلَلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ ٱلْأُولَىٰ

Wa lal-ākhiratu khairul laka minal-lā

Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).” (QS. Ad-Dhuha; 4).

Walaupun demikian, Allah SWT tetap memerintahkan manusia (umat Islam, khususnya) untuk terus berusaha mencari kehidupan dunia sebagai bekal menuju akhirat.

Baca juga: Mau Berkurban? Pahami Syarat dan Ketentuan Hewan Kurban

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

Wabtaghi fīmā ātākallāhud-dāral-ākhirata wa lā tansa naībaka minad-dun-yā wa asing kamā asanallāhu ilaika wa lā tabgil-fasāda fil-ar, innallāha lā yuibbul-mufsidīn

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash; 77).

Berkenaan dengan hal ini, maka setiap umat Islam hendaknya memaksimalkan potensi kehidupannya untuk bekal di negeri akhirat. Dan sebaik-baiknya bekal itu adalah takwa, yakni melaksanakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.

Baca Juga:

Mukjizat Rasulullah; Pohon Bisa Berjalan

Rasulullah Membelah Bulan

Satu Gelas Susu untuk Satu Rombongan

Gunung dan Unta Bisa Bicara

Air Mani, Madzi, Wadi. Apa Bedanya?

Setiap umat Islam tentu berharap hidupnya dimudahkan dan dilancarkan, penuh dengan keberkahan dan kebaikan. Dirinya pasti tak akan menghendaki keburukan dan kerusakan. Bahkan, banyak ungkapan yang menegaskan, bahwa seorang penjahat saja tidak mau anak keturunannya menjadi penjahat. Pelaku koruptor tidak ingin melihat orang lain melakukan kecurangan. Bila ketahuan, ia pasti akan marah. Tetapi dia lupa, bahwa dia sendiri adalah pelaku yang sama. Itu dikarenakan gelapnya hati.

Salah seorang sahabat mulia Rasul SAW, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq, pernah memberikan nasihat. Ia berkata, "Kegelapan itu ada lima dan pelitanya pun ada lima. Jika tidak waspada, lima kegelapan itu akan menyesatkan dan menjatuhkannya ke dalam panasnya api neraka. Tetapi, siapa yang teguh memegang lima pelita itu maka ia akan selamat di dunia dan akhirat."

Menurutnya, kegelapan pertama adalah disebabkan oleh cinta dunia (hubb al-dunya). Rasulullah bersabda, "Cinta dunia adalah biang segala kesalahan." (HR Baihaqi). Manusia yang berorientasi duniawi, ia akan melegalkan segala cara untuk meraih keinginannya. Untuk memeranginya, Abu Bakar memberikan pelita berupa takwa. Dengan takwa, manusia lebih terarah secara positif menuju jalan Allah, yakni jalan kebenaran.

Baca Juga:

Keutamaan Bulan Sya'ban

Perbanyak Sholawat

Baca Sholawat JIbril Membawa Berkah

Nisfu Sya'ban Hari Raya Malaikat

Amalan di Bulan Sya'ban

Doa Mustajab di Akhir Bulan Rajab

Kisah Orang Alim dan Orang Awam

Perbanyak Sholawat

Baca Sholawat JIbril Membawa Berkah

Kedua, berbuat dosa. Kegelapan ini akan tercerahkan oleh taubat nashuha (tobat yang sungguh-sungguh). Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya bila seorang hamba melakukan dosa satu kali, di dalam hatinya timbul satu titik noda. Apabila ia berhenti dari berbuat dosa dan memohon ampun serta bertobat, maka bersihlah hatinya. Jika ia kembali berbuat dosa, bertambah hitamlah titik nodanya itu sampai memenuhi hatinya." (HR Ahmad). Inilah al-roon (penutup hati) sebagaimana disebutkan dalam QS Al-Muthaffifin (83) ayat 14.

كَلَّا بَلْ ۜ رَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ۝١٤

kallâ bal râna ‘alâ qulûbihim mâ kânû yaksibûn

Sekali-kali tidak! Bahkan, apa yang selalu mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka. (QS Al-Muthaffifin (83); 14).

× Image