Dahsyatnya, Hikmah Menjaga Wudhu Setiap Saat
Aku yang menyaksikannya tidak bisa berkata lebih banyak lagi. Waktu sudah menunjukkan angka 01.00 dini hari. Betapa dinginnya jika kubayangkan berada di luar ruangan. Tapi, tiba-tiba istri bergegas keluar rumah mengambil air, membasuh sebagian tubuhnya. Ia berwudhu. Aku tidak bisa membayangkan betapa dinginnya menyentuh air di tengah malam seperti itu. Tapi, istriku melakukannya, demi menjaga kesucian sebelum menyusui anak kami itu. Aku trenyuh. Kurengkuh tubuh anakku yang masih menangis. Kutepuk-tepuk punggungnya supaya terdiam sampai umminya kembali dari berwudhu.
Baca Juga: Bukan Berdiri atau Jongkok, Begini Posisi Wudhu yang Baik
Begitu selalu ia lakukan, hingga Muhammad tumbuh besar. Selama menyusui, ia tidak pernah lepas dari wudhu. Ketika kutanya jawabannya sungguh membuatku malu. “Bukankah Fatimah ra. tidak pernah lepas dari wudhu putra-putri beliau, Bi. Aku juga ingin melakukannya, supaya anak kita tumbuh menjadi anak shaleh dan selalu dijaga kesuciannya oleh Allah.”
Aku tersenyum ketika mendengar jawaban itu. Begitu bersungguh-sungguh ia dalam hal kebaikan. Bahkan, sebagai suami-pun tidak pernah memberikan teladan baginya. Tapi, justru ia yang selalu mengingatkanku bahwa mendidik anak adalah sebuah tanggung jawab yang mutlak harus dilakukan oleh orang tua. Bahkan, di suatu waktu, tak jarang kutemui ia sedang membaca Al-Quran ketika sedang menyusui anak kami. Ia belai kepala anak itu hingga tertidur di pangkuannya.
Baca Juga:
Cara Membuat Tempat Wudhu yang Baik
Bukan Berdiri atau Jongkok, Begini Posisi Wudhu yang Baik
“Semoga menjadi anak yang shaleh, ya, Nak,” gumamnya lirih.
Begitulah istriku, selalu berkomitmen dengan segala hal yang diyakininya benar. Ia selalu mendidik Muhammad dengan cara memberikan teladan secara langsung. Ia tidak pernah meminta anaknya melakukan sesuatu jika ia belum melaksanakannya terlebih dahulu. Hingga anak kami-pun tumbuh menjadi anak yang selalu didamba setiap orang tua. Tumbuh menjadi anak yang selalu diharapkan dalam setiap doa usai shalat.
Melihat kesungguhan istriku, aku-pun tergugah untuk melakukannya juga. Aku berusaha menjaga wudhu meskipun di luar waktu shalat, dalam aktivitas apapun itu. Awalnya begitu berat melakukannya, apalagi ketika sedang bekerja di lapangan. Sangat sulit mengambil wudhu dalam keadaan seperti itu. Apalagi teman-teman juga masih asing dengan kebiasaan berwudhu ketika tidak akan shalat.
Baca Juga:
Doa Mustajab di Akhir Bulan Rajab
Kisah Orang Alim dan Orang Awam
Baca Sholawat JIbril Membawa Berkah
“Jam segini mau shalat, Pak. Bukannya tadi sudah berjamaah dengan para pekerja?” Tanya rekan kerjaku suatu ketika.
“Ah, tidak. Hanya mengambil wudhu saja,” jawabku. Mendengar jawabanku itu awalnya para rekan merasa aneh, bahkan ada yang terlihat terganggu. Tapi setelah beberapa waktu, mereka menjadi terbiasa dengan kebiasaan baruku itu, hingga, akhirnya aku bisa melakukannya dengan baik, bisa menjaga wudhu seperti layaknya istri. Dan selama di rumah-pun, hal itu kami terapkan sebagai contoh untuk anak.
Muhammad yang waktu itu baru berusia 3 tahun sudah dikenalkan dengan berwudhu oleh umminya. Dengan sabar, perempuan itu menuntun anak yang mulai tumbuh itu. Setiap kali berwudhu, pasti anak kami diajak serta. Terkesan tidak ada gunanya memang. Apalagi mengingat bahwa usia Muhammad kecil waktu itu masih menginjak masa balita. Namun, betapa terkesannya aku saat mengetahui antusias anak kecil kami itu. Ia selalu menirukan gerakan umminya hingga akhirnya ia bisa dengan lancar melakukan wudhu sesuai yang diajarkan oleh sang ummi.
Baca Juga: Mulianya Sahabat Anshor Ini, Allah Pun Mengaguminya
Seiring berjalannya waktu, anak kami-pun tumbuh menjadi remaja. Sungguh bahagia rasanya, ketika melihat anak lelakinya menjadi seseorang yang baik dalam ibadah dan cerdas akhlaknya. Setelah baligh, Muhammad tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah. Ia juga senantiasa menjaga wudhu yang telah dicontohkan umminya, bahkan ketika ia masih berada di dalam kandungan. Di sekolahnya, ia selalu menjadi juara kelas sejak masih duduk di sekolah dasar. Sebagai seorang anak, ia mudah bergaul dengan orang lain, makanya tidak heran jika ia memiliki banyak teman di sekolah. Teman-teman dan gurunya sangat menyukai anak itu. Ia selalu ditunjuk menjadi ketua ketika masuk dalam organisasi.