Dahsyatnya, Hikmah Menjaga Wudhu Setiap Saat
Dahsyatnya, Hikmah Menjaga Wudhu Setiap Saat
SAJADA.ID—Sahabat yang dirahmati Allah SWT. Syekh ‘Abdul Qâdir Al-Jaelânî dikenal sebagai sosok ulama yang luar biasa. Tidak saja keahliannya dalam ilmu pengetahun, tetapi juga olah spiritual yang mumpuni. Karena itu pula, Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani mendapat julukan Sultanul Auliya, pemimpinnya para wali.
Salah satu yang menjadi laku spiritualnya adalah kebiasaan berwudhu sebelum tidur. Kebiasaan itu, membuatnya selalu berusaha untuk menjaga kesucian lahir maupun batin.
Dalam buku yang ditulis oleh Ibnu Watiniyah dengan judul “Ibu Sekuat Seribu Laki-laki’ diceritakan oleh tentang seorang anak yang bernama Muhammad, menjadi anak yang teladan, karena kebiasaan orang tuanya selalu menjaga wudhu.
Baca Juga: Nuriyah, Sosok Ibu yang Melahirkan Anak Ajaib
Berikut kisahnya.
Siang itu, aku dan istri duduk melihat anak sulung kami, Muhammad yang sedang berdiri di atas mimbar dalam acara wisudanya. Anak sulung kami itu menjadi salah satu lulusan terbaik universitas, ia mendapatkan predikat cumlaude dengan nilai yang hampir sempurna. Aku tersenyum bangga melihat prestasi anakku itu, tapi rasa bangga itu lebih aku haturkan kepada perempuan di sampingku, yakni istriku.
Baca Juga: Ksatria Terakhir Kekhalifahan Turki Utsmani
Kulirik perempuan yang berada di sampingku, senyumnya masih mengembang sambil sesekali menyeka air mata kebahagiaan. Mungkin ini menjadi pengalaman yang tidak asing lagi bagiku. Setiap kali menghadiri undangan yang disana terselip acara penghargaan, pasti istriku menangis. Tidak lain karena setiap acara itulah pasti nama anak kami selalu disebut. Padahal setiap tahun, kami bisa menghadiri lebih dari tiga kali peristiwa semacam itu. Tapi, bagiku tetap saja ada rasa bangga bercampur bahagia ketika berada di saat-saat seperti itu.
Sekarang ini, keluarga kami diamanahi 6 orang anak. Anak pertama adalah ia, yang sekarang berdiri di depan mimbar. Anak kedua dan ketiga, sekarang ini kuliah di Fakultas Kedokteran sebuah universitas ternama. Anak keempat, baru saja masuk tanpa tes di sebuah perguruan tinggi. Sementara anak kelima dan keenam masih duduk di bangku SD. Keberhasilan putra dan putri kami, tidak lain karena peran penting dari sesosok Ibu.
Baca Juga: Said Nursi: Enam Penyakit Kaum Muslimin
Rasa bangga mengalir setiap kali mengenang perjuangan perempuan yang berada di sampingku. Kebanggaan itu bukan tanpa sebab. Bukan hanya karena ia begitu cantik, dan shalehah di mataku. Tapi, aku bangga karena ia senantiasa menjaga anak-anak kami. Menjaga garis keturunanku menjadi orang yang baik budi dan pintar dalam hal agama dan keilmuan. Jadi, jika ditanya teman mengapa bisa berhasil mendidik anak sebanyak itu, aku pasti akan memberikan rujukan jawaban melalui istriku secara langsung.
Aku masih mengingatnya dengan jelas, ketika ia mengandung putra pertama yang hari ini menjadi sarjana. Saban hari, ia selalu menjaga wudhu meskipun tidak sedang akan shalat. Ia selalu menjaga kesucian diri dari najis, apalagi ketika akan memasukkan makanan ke dalam perutnya yang sedang mengandung. Kebiasaan itu sudah mulai dilakukannya dari awal masa kandungan. “Untuk menjaga putra kita, Bi,” katanya ketika kutanya. Aku sebagai suami sekaligus calon ayah menerima alasan itu dengan senang hati. Lagipula, istri tidak keberatan selama melakukannya.
Baca juga:
- Doa Mustajab di Akhir Bulan Rajab