Dahsyatnya, Hikmah Menjaga Wudhu Setiap Saat
Kebiasaan menjaga wudhu berlangsung terus-menerus hingga akhirnya Muhammad, anak pertama yang kami tunggu itu lahir ke dunia. Dan, di hari itu, untuk pertama kalinya aku melihat senyum yang tak kunjung putus dari wajah perempuan itu. Aku yang pada waktu itu baru saja menjadi seorang Ayah baru-pun tidak kalah bahagianya. Rasa takjub itu muncul kala melihat pancaran wajah anak kami yang begitu cerah, mengisyaratkan kemurnian lahiriah dari manusia baru yang terlahir dari kandungan ibu.
Baca Juga: Keutamaan Wudhu Menurut Para Pakar
Hari demi hari, Muhammad tumbuh menjadi bayi yang sehat dan lucu. Istriku sangat menyayngi anak pertama kami ini. Selayaknya memiliki anak pertama kali, istri seolah ingin memberikan yang terbaik dari mulai makanan hingga perhatian. Komitmennya sebagai seorang Ibu ditunjukkannnya dengan memberikan asupan ASI selama dua tahun penuh. Dan, seperti ketika masih mengandung dulu, ia juga selalu menjaga kesucian sebelum memberikan ASI untuk Muhammad. Keistiqamahan istri dalam menjaga wudhu memang selalu membuatku cemburu. Kebiasaan mulia itu dilaksanakannya dalam kondisi apapun, baik dalam keadaan mudah ataupun sulit.
Baca Juga: Pakar Kesehatan Ini Masuk Islam karena Kagum dengan Wudhu
Aku masih mengingatnya dengan jelas, ketika itu kami masih tinggal di luar negeri untuk tugas kerja. Saat itu, Muhammad baru saja genap berumur satu tahun. Karena tidak tega meninggalkan mereka, maka istri dan anak kubawa serta tugas di sana. Saat itu sedang memasuki musim dingin. Salju tak henti-hentinya menghujani hingga menutupi seluruh yang ada di halaman dan jalan-jalan. Begitu dingin saat itu, hingga suhu di luar bisa mencapai angka minus. Tiba-tiba, di suatu malam waktu itu, Muhammad menangis karena kelaparan minta ASI. Istri yang waktu itu sudah berada di samping si kecil justru keluar, tidak segera menyusuinya.
“Mau ke mana, Mi? Ini kasihan Muhammad sudah kelaparan,” tanyaku kepadanya.
“Mau ambil wudhu dulu, Bi,” jawabnya sambal berlalu.
Artikel Terkait:
Air Mani, Madzi, Wadi. Apa Bedanya?