Tujuh Golongan yang akan Mendapat Naungan dari Allah di Hari Kiamat
Pemimpin dalam maksud hadits ini secara umum adalah seorang yang mempunyai kekuasaan besar seperti raja, presiden atau yang mengurusi urusan kaum Muslimin. Dan adil, maksudnya adalah seorang pemimpin yang tunduk dan patuh dalam mengikuti perintah Allâh Azza wa Jalla dengan meletakkan sesuatu pada tempatnya, tanpa melanggar atau melampaui batas dan tidak menyia-nyiakannya.
Keadilan seorang pemimpin yaitu dengan menegakkan kalimat-kalimat Allah, melaksanakan amanah Allah, mendekatkan masyarakat yang dipimpinnya semakin dekat kepada Allah. Ia tidak melakukan pengkhianatan kepada amanah yang diembannya. Juga tidak berkhianat kepada orang yang telah memberikan amanah kepadanya.
Baca Juga:
Keutamaan Membaca Shalawat Nabi
Jika seorang imam, pemimpin, raja, atau presiden, menteri, tidak berlaku adil, maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya memerintahkan umat untuk bersabar. Fenomena yang kita lihat, jika ada seorang imam, penguasa atau pemimpin yang melakukan kesalahan, maka banyak orang yang berusaha untuk menjatuhkannya, mencoba meng-impeach-nya, dan setelah imam atau pemimpin jatuh, mereka berlomba untuk memperebutkannya dengan menggantinya.
Baca Juga: Keutamaan Sayyidul Istighfar
Islam tidak melarang seseorang menjadi pemimpin. Sebab, pada hakikatnya, semua orang adalah pemimpin. “Kalian semua adalah pemimpin dan akan ditanyakan tentang kepemimpinannya.” (Kullukum ra`in wa kullukum mas`ulun ‘an ra`iyatihi).
Kedua, Pemuda Taat Beribadah
Kelompok kedua adalah pemuda yang taat beribadah kepada Allah SWT. Ia senantiasa mengabdikan dirinya kepada Allah, menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua yang dilarang-Nya. Sebagai pemuda, ia tak malu untuk mendekatkan diri kepada Allah, pergi ke masjid, membaca Al-Quran.
Orang tua taat beribadah kepada Allah, tentu sudah sewajarnya. Karena usianya sudah lanjut dan harus memperbanyak zikir kepada Allah. Tetapi anak muda yang taat kepada Allah, akan membuat Tuhan Yang Maha Kuasa ini akan kagum dan bangga terhadapnya, bahkan Allah mencintainya.
Dalam sebuah riwayatkan dikisahkan; Allah SWT berkata:“Aku bangga dan senang dengan orang tua yang taat beribadah, tetapi aku lebih bangga dan senang dengan anak muda yang taat. Aku membenci pemuda yang bermaksiat, tetapi Aku lebih benci kepada orang tua yang suka bermaksiat.”
Baca Juga: Kisah Ulama yang Doanya Tertolak karena Sebutir Kurma