Dahsyat, Ada Empat Teori Kesehatan dalam Wudhu
EFT (Emotional Freedom Technique)
Tak hanya akupunktur dan refleksiologi, dunia kedokteran kemudian mengembangkan dan memodifikasi teknik-teknik kedua teori kesehatan di atas.
Pada tahun 1997, dokter Gary Craig yang tinggal di Inggris melakukan modifikasi teknik akupunktur yang jumlahnya mencapai ribuan itu menjadi 18 titik. Ke-18 titik itu terletak di kepala, alis, bawah mata, bawah hidung, dagu, tulang dada kiri dan kanan, titik di bawah payudara, dan di bagian tangan dan jari. Ia menyebut teori modifikasi akupunktur ini dengan nama Emotional Freedom Technique (EFT).
Bila teknik akupunktur menggunakan teknik tusuk jarum dan refleksiologi dengan cara menekan jari atau alat tertentu pada titik syaraf, tehnik EFT ini menggunakan teori tapping (ketok). Caranya adalah menggetokdengan menggunakan jari pada titik-titik syaraf tertentu untuk mengaktifkan energi meridian yang ada di tubuh. Teknik ini bertujuan menghilangkan berbagai jenis penyakit, Terutama yang berkaitan dengan masalah kejiwaan, seperti trauma dan alergi.
Baca Juga: A to Z Masalah Wudhu
Gary Craig dalam bukunya yang berjudul ‘’The Effect of EFT on Long-term Psychological Symptons” menjelaskan, EFT adalah psikoterapi alternatif untuk meningkatkan energi tubuh dengan cara ketok (tapping) di titik-titik syaraf tertentu. Teori ini dikembangkan dari teknik akupunktur. Hanya saja, jumlahnya lebih mudah dibandingkan dengan teknik akupunktur maupun refleksiologi.
SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)
Tak berlangsung lama, teori EFT yang digagas oleh Gray Craig, kini telah dikembangkan dan dimodifikasi lagi oleh Ahmad Faiz Zainuddin, alumnus Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga (Unair), Surabaya.
Tak jauh berbeda dengan tehnik EFT, Ahmad Faiz Zainuddin berusaha memadukan teori terapi EFT ini dengan memasukkan nilai-nilai spiritual Islam, yakni doa. Karenanya, ia menamakan teknik modifikasinya itu dengan nama Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Cara yang digunakan untuk penyembuhan atau terapi ini, sama dengan tehnik EFT, yakni ketok (tapping).
Berbeda dengan EFT yang menetapkan 18 titik energi tubuh, SEFT yang dikembangkan Ahmad Faiz Zainuddin dalam SEFT ini hanya berjumlah 14 titik.
Ke-14 titik itu adalah Neuro Linguistic Programming (NLP), Behavior Therapy, Psychoanalysis, Logotherapy, Eye Movement Desensitization Reprocessing (EMDR), Sedona Method, Ericksonian Hypnosis, Suggesty and Affirmation, Visualization, Provocative Therapy, Transcendental Relaxation and Meditation, Gestalt Therapy, Energi Therapy, dan Powerfull Prayer (doa).
Baca Juga: A to Z Masalah Wudhu
Adapun doa atau kalimat Thayyibah yang dimasukkan Ahmad Faiz Zainuddin dalam teori SEFT ini, biasanya berkaitan dengan penyakit yang diderita. Misalnya sakit mata. “Ya Allah, kendati mataku sakit, aku ikhlas, aku pasrah, aku ikhlas aku pasrah, aku ikhlas aku pasrah.”
Sambil mengucapkan kalimat atau doa tersebut, si penderita atau dengan bantuan orang lain, harus terus menerus mengetok titik-titik yang telah ditentukan. Yakni, di kepala, di antara alis mata, di bawah kedua mata, di bawah hidung, di bawah bibir (sedikit di atas dagu), tulang di kiri atau kanan di bawah leher, titik di bawah payudara, lalu pada masing-masing jari tangan bagian luar, kemudian di telapak tangan di dekat jari kelingking, dan ditutup dengan mengetok bagian telapak tangan bagian luar (juga di dekat jari kelingking).
Adapun jenis penyakit yang bisa disembuhkan dengan teknik SEFT antara lain asma, tekanan darah tinggi, jantung, diabetes, termasuk penyakit kejiwaan, seperti trauma, alergi, gangguan emosional, mudah marah, serta menghentikan kebiasaan merokok.
Faiz mengemukakan, SEFT merupakan pengembangan dari ilmu terapi psikologi yang ditemukan oleh Gary Craig. Craig adalah seorang insinyur lulusan `Stanford University` di AS yang mendalami pengobatan dengan psikoterapis. “Peletak dasar ilmu ini adalah Dr John Diamond yang merupakan pendiri `The Royal College of Psychiatrists`. Dr John Diamond merupakan pioner yang mempraktikkan psikoterapi dengan berpijak pada hubungan sistem energi tubuh dengan gangguan psikologis,” katanya sebagaimana dikutip situs nuansaonline.net.