Penyesalan Besar Si Tukang Bangunan
“Iya, benar. Itu yang terakhir kalinya,” kata Si Majikan, setelah menunjukkan lokasi dan tempat yang mau dibangun.
Singkat cerita, si tukang bangunan bekerja secepat mungkin. Ia ingin pekerjaannya segera selesai, sehingga ia benar-benar bisa istirahat. Ia tak memedulikan soal kualitas bangunan dan bahan-bahan yang dipakai. Pendek kata, yang penting bangunan itu cepat selesai dan beres.
Akhirnya, dalam waktu yang tidak terlalu lama, bangunan itu pun selesai dikerjakannya. Walaupun secara umum, bila dibandingkan dengan bangunan lainnya yang biasa dikerjakannya, bangunan ini tidak lebih baik. Alias, hanya ala kadarnya saja, seolah-olah asal selesai.
Setelah benar-benar diperhatikan dan diyakininya bahwa pekerjaan itu telah selesai, maka bersegeralah si tukang bangunan ini mendatangi majikannya. Ia menyerahkan kunci rumah yang baru saja dibangunnya.
“Wahai tuan, pekerjaan sudah selesai. Sekarang saya bisa beristirahat dan menikmati masa tua saya bersama keluarga,” ujarnya.
Si majikan pun menerima kunci rumah baru itu dengan senyum simpul. Ia berkata; “Baiklah, sesuai dengan janji saya, bahwa syarat bapak untuk pensiun adalah menyelesaikan satu bangunan, dan sekarang bangunan rumah itu sudah jadi. Tentu saya senang mendengarnya. Artinya, bapak sekarang bisa pensiun.”
“Dan sebagai sebuah kehormatan atas kerja bapak selama ini kepada kami, kami sangat senang bisa bekerja sama dengan bapak, hingga sampai pada titik ini. Oleh karena itu, sebagai apresiasi dan penghargaan kami, maka kami akan memberikan satu unit rumah untuk bapak sekeluarga, dan bangunan yang baru saja bapak kerjakan, itulah hadiah dari kami untuk bapak. Kami kira, bapak sudah memilih bahan yang terbaik menurut selera bapak, maka silakan kunci rumah ini untuk diterima. Dan selamat beristirahat, semoga bapak bahagia bersama keluarga,” ujar Sang Majikan, sambil berlalu pergi.