Buah Apel dan Istri Disabilitas
“Anakku juga tuli, dalam arti bahwa ia tak pernah mendengar kata-kata yang kotor dan penuh dosa. Anakku memang bisu, karena ia tidak pernah membicarakan aib orang lain. Dan anakku juga lumpuh, karena ia tidak pernah mendatangi tempat-tempat maksiat. Itulah maksud saya bahwa anak saya buta, bisu, tuli, dan lumpuh,” kata ayah mertuanya.
Mendengar hal tersebut, alangkah bahagianya Tsabit mendapatkan seorang istri yang sangat salehah, buah dari pendidikan orang tuanya yang selalu menjaga dan merawat anak perempuannya dengan baik sebagaimana tuntunan agama.
Akhirnya, Tsabit hidup bahagia dengan istri, putri dari sang pemilik kebun. Dan dari pernikahannya ini, akhirnya Tsabit dikaruniai seorang anak laki-laki, dan ia beri nama Nu’man bin Tsabit. Ia didik putranya ini dengan penuh kasih saying, hingga akhirnya sang putra terkenal dengan pengetahuan agama yang mumpuni, ahli fikih, ahli tasawuf, ahli hadis, ahli Al-Quran. Dialah Nu’man bin Tsabit yang dikenal dengan nama Imam Hanafi, sang mujtahid, dan imam mazhab yang ribuan bahkan jutaan pengikutnya.
Hikmah dan Pelajaran dari Kisah Ini