IBF dan Optimisme Membangkitkan Literasi Bangsa
Syahruddin El Fikri
Pengurus Ikapi DKI Jakarta
Dunia literasi Indonesia diklaim pihak United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), sebuah badan organisasi dunia yang bergerak dalam bidang Pendidikan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), merupakan salah satu negara dengan minat baca terendah di dunia. Data yang dirilis pada 10 tahun lalu itu (2012), menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia berada pada urutan ke-60 dari 61 negara yang disurvei, dengan data 1:1000 orang.
Artinya, setiap 1000 penduduk Indonesia, hanya satu orang yang membaca buku. Sisanya atau 999 orang, kurang memiliki keinginan atau minat untuk membaca. Benarkah demikian?
Banyak pihak meragukan data ini. Tak heran, tokoh-tokoh yang peduli dengan dunia Pendidikan mengecam data tersebut. Namun demikian, tak sedikit yang menyatakan data tersebut benar adanya.
Pada tahun 2022 ini, penduduk Indonesia mencapai 278 juta jiwa. Jika dikalkulasikan dengan data UNESCO tersebut, setidaknya ada 278 ribu orang masyarakat Indonesia yang suka membaca. Tentu sangat miris dan mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, negara dengan penduduk terbesar ke-empat di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat (AS), negara ini berada pada level yang rendah dalam dunia baca-membaca dan tulis-menulis.
Ada perasaan miris, sedih, dan keresahan. Upaya founding fathers bangsa ini untuk menjadikan Negara Indonesia semakin maju, tampaknya masih jauh dari harapan. Jangankan hendak membandingkan dengan negara adidaya seperti Amerika Serikat (AS) yang setiap warganya sudah membaca minimal sebanyak tujuh buku dalam setahun, dengan Jepang bahkan Malaysia pun, kita masih jauh. Dalam setahun, sedikitnya masyarakat Jepang membaca tiga hingga empat judul buku baru, sedangkan di Malaysia, warganya paling sedikit satu buku dibaca oleh tiga orang.
Bagaimana dengan bacaan warga negara Indonesia (WNI)? Mari kita lihat data Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) dan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) tahun 2022 per Juli. Dari 711 anggota Ikapi yang aktif, jumlah buku yang diusulkan untuk mendapatkan International Standard Book Number (ISBN) sebanyak 54.949 judul dengan total ISBN 61.305 judul. Bila dirata-rata, maka dari 711 penerbit itu hanya menerbitkan sekitar 77-86 judul per tahun.
Lalu jika angka itu dibagi kepada seluruh masyarakat yang memiliki minat baca (278 ribu orang), maka jumlahnya satu judul buku yang baru dibaca oleh 4-6 orang per tahun. Artinya, setiap satu judul buku baru telah dibaca oleh 4-6 orang. Bisa disebut jadinya membaca buku secara berkelompok. Satu orang membacakan satu judul buku dan didengarkan serta disimak oleh empat sampai enam orang.
Akan semakin mencengangkan bila jumlah judul buku baru yang terbit itu dibagi kepada seluruh warga negara Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dari 278 juta jiwa, setiap judul buku baru dibaca oleh 5.059 orang. Angka ini lebih baik dari tahun 2016 silam, yang saat itu setiap judul baru dibaca oleh 5.715 orang. Alangkah menyedihkannya.