Waspadalah, Lomba 'Qiroatul Kutub' Dapat Melemahkan NU dari Dalam
Kok 'memusuhi' NU? Ya, yang bersangkutan tanpa sadar atau bahkan dengan sadar diri, melecehkan NU, merendahkan NU, bahkan memusuhi NU. Kenapa demikian, kan NU tidak pernah terlibat pada pendidikan santri sejak awal? Ya, NU tidak ikut terlibat pada pendidikan santri. Hanya saja, pesantren salaf, pada umumnya memiliki afiliasi kepada Nahdlatul Ulama, jam'iyah yang didirikan oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari.
Sehingga disadari atau tidak, pesantren itu arahnya sudah jelas. Bahkan pendidikan ke-NU-an juga biasanya diajarkan di pesantren tersebut sebagai wujud bukti afiliasi dengan NU.
Lalu di mana masalahnya? Pasca lomba baca kitab kuning, peserta atau pemenang akan dididik, dijadikan kader. Selanjutnya berkontribusi untuk partai politik tempat dia mengikuti kegiatan lomba baca kitab kuning. Parpol akan terus meneruskan memberikan dukungan (supporting) kepada yang bersangkutan, agar dia punya keterikatan khusus kepada parpol tersebut.
Setelah menjadi kader militan, maka NU yang tidak memberikan kontribusi secara langsung kepada yang bersangkutan akan ditinggalkan, dan akhirnya dia berani memusuhi NU, menjelek-jelekkan NU, dan merendahkan NU.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan selama ini, itulah yang penulis lihat dan saksikan. NU ditinggalkan dan tidak dipedulikan. Kondisi ini menjadi nasihat dan warning bagi NU dan Nahdliyyin. Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka dikemudian hari semakin banyak yang akan memusuhi NU, mendelegitimasi kepercayaan warga NU terhadap jam'iyah (kelembagaan), hingga akhirnya beranggapan bahwa NU tidak memberi manfaat bagi dirinya.
Peringatan ini harus diantisipasi oleh NU dan Nahdliyyin. Jangan biarkan kegiatan-kegiatan yang ujungnya melemahkan dan merendahkan NU terus bermunculan. Karena cepat atau lambat, jika tidak diantisipasi, pelemahan NU akan terus terjadi.
Pendidikan kader penggerak (PKP) NU harus dimaksimalkan dan dioptimalkan. Lakukan kegiatan serupa, bekali santri dengan pendidikan akhlak mulia dan memahami sopan santun serta adab kepada yang lebih tua, kepada orang tua, kepada guru, tetangga, kepada Jam'iyyah dan siapapun.
Pertanyaannya kemudian, apakah para santri atau alumni pesantren itu akan tetap ikut kegiatan lomba baca kitab kuning yang diselenggarakan oleh kelompok tertentu itu? Semoga bisa bawa diri, bawa almamater, dan nama baik pesantren serta jam'iyah NU.
Wallahu A'lam