Waspadalah, Lomba 'Qiroatul Kutub' Dapat Melemahkan NU dari Dalam
Kok disayangkan? Karena mereka nantinya akan mengajak pemilih untuk turut serta kepada parpol tempat dia dikader itu. Dan selanjutnya, kegiatan yang sudah biasa berlangsung di masyarakat akan berubah haluan menjadi acara parpol.
Mereka yang awalnya fokus untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, dan selanjutnya mereka akan memiliki 'pamrih' demi kepentingan politik. Dan yang lebih menyedihkan, afiliasi mereka yang dulunya sebagai warga Nahdliyyin (NU) akhirnya berubah menjadi pendukung parpol tertentu. Ujung-ujungnya, NU dilecehkan, dilupakan bahkan dimusuhi.
Kok bisa? Ya karena mereka merasa tidak mendapatkan kontribusi dari NU. Mereka tidak diupah oleh NU, dan mereka diupah oleh parpol dengan istilah upah sebagai binroh (pembina rohani) masyarakat. Akhirnya, pesantren yang berafiliasi pada NU tempat dia mendapatkan ilmu, hanya dianggap sebagai 'sekolah' saja. Dan NU dilupakan dan diabaikan bahkan disingkirkan.
Apakah pengurus NU tidak menyadari hal ini? Sangat dan amat sangat sadar. Tetapi mereka juga tidak bisa berbuat banyak, karena semuanya kembali para pribadi masing-masing.
Jika sudah demikian, maka kembali lagi pada diri yang bersangkutan dan apa yang mesti dilakukan oleh pengurus NU. Apakah sebegitu berbahayanya bagi NU hal itu?
Jawabannya bisa sangat berbahaya, bisa pula tidak. Tidak berbahaya bila si peserta lomba sadar diri bahwa lomba cukup sekadar lomba dan bukan untuk menjadi kader partai politik. Dan akan sangat berbahaya, bila ujung-ujungnya si peserta lomba kemudian merasakan manfaat besar dari lomba dan bersedia menjadi kader parpol yang selanjutnya 'akan memusuhi' NU.