Parlemen Asia Bahas Krisis Demografi, Tantangan Bonus Demografi dan Penuaan
● Perubahan Demografi
Asia-Pasifik dikenal sebagai kawasan dengan populasi terbesar di dunia, dengan jumlah penduduk mencapai 4,726 miliar jiwa. India, Tiongkok, Indonesia, dan Pakistan menjadi empat negara dengan jumlah penduduk terbesar di kawasan ini.
Namun, dengan populasi besar, kawasan ini juga menghadapi tantangan yang tidak kalah besar, termasuk dalam hal perubahan demografi.
Direktur Regional IPPF ESEAOR, Tomoko Fukuda, berharap dengan bekerja bersama akan dapat dikuatkan kembali kebijakan yang mendukung kehormatan dan hak. "Secara bersama-sama kita dapat bersuara lantang pada mereka yang tidak menaruh perhatian terhadap isu kesehatan reproduksi."
Tiga pilar terkait kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan isu remaja sangat penting terutama di Asia dan Pasifik. Meskipun banyak kemajuan, namun masih banyak pekerjaan rumah. Perempuan masih mengalami tidak adanya kesetaraan.
Demikian pula, penurunan fertilitas telah mengubah dinamika pendudukan di Asia Pasifik. Misalnya, masih terdapat 3,7 persen remaja perempuan hamil di Asia dan Pasifik. Perkawinan anak juga masih tinggi, tercatat 8 persen.
Meskipun upaya telah dilakukan namun masih ada kesenjangan. Termasuk data terhadap orang muda. "Kesejangan data mempengaruhi kebijakan,” jelasnya.
Di sisi lain, Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Ukik Kusuma Kurniawan, menyebut bahwa Indonesia, sebagai negara ketiga dengan populasi terbesar di Asia juga menghadapi tantangan serupa.
Di Asia dan Pasifik, pernikahan dini terus menurun yang memungkinkan lebih banyak anak perempuan untuk mengenyam pendidikan; kehamilan remaja telah berkurang setengahnya; harapan hidup rata-rata orang di seluruh wilayah meningkat dan orang-orang hidup lebih sehat, serta angka kematian ibu dan bayi juga menurun.
Indonesia, lanjut Ukik, juga berkomitmen memperkuat pelaksanaan Aksi Program ICPD dan pengarusutamaan SDGs di tingkat daerah. Sejak tahun 2014, kabupaten-kabupaten telah menyusun Grand Desain Pembangunan Kependudukan.
Pada tahun 2021, Pemerintah Indonesia menerapkan SDGs Desa untuk melokalisasi tujuan SDGs. SDGs Desa memastikan bahwa suara dari akar rumput didengar dan bahwa masyarakat setempat memiliki rasa kepemilikan atas proses pencapaian tujuan SDGs.
Secara keseluruhan, selama tiga puluh tahun terakhir, Indonesia telah menunjukkan pencapaian yang mengesankan di luar dari sekadar memenuhi target numeriknya.
Sejalan dengan semangat ICPD, Indonesia telah memasukkan prinsip-prinsip inklusivitas, penentuan nasib sendiri, pemberdayaan, dan hak asasi manusia ke dalam kebijakannya.
"Kami yakin bahwa Indonesia memiliki kapasitas untuk mengambil peran yang lebih signifikan dalam kerja sama internasional. Khususnya di bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, pembangunan keluarga, kependudukan serta penurunan stunting di antara negara-negara Asia Pasifik," ujarnya.
Indonesia juga ingin menjadi bagian dari berbagi pengetahuan dan kerja sama dengan negara-negara Asia-Pasifik berdasarkan timbal balik dan saling menguntungkan.
Ditambahkan Ukik, bahwa 60 persen penduduk dunia bermukim di kawasan Asia-Pasifik. Sehingga program kependudukan, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, dan pembangunan lainnya sangat penting untuk kawasan tersebut.
"Indikator di kawasan Asia-Pasifik bergerak sedikit saja akan mempengaruhi indikator global," jelasnya, seraya mengingatkan perlunya ada penyikapan tersendiri atas fenomena penduduk di kawasan ini yang semakin menua, dengan anak-anak yang semakin mengecil jumlahnya.
Dijelaskan, saat ini BKKBN tengah menyusun dokumen-dokumen terkait "profilling BKKBN in the future". "Perlu ada peremajaan kembali struktur dari institusi kita (BKKBN) dan bagaimana BKKBN menata program kependudukan di masa depan," urai Ukik.
Dalam kegiatan ini juga akan digelar kunjungan lapangan dari delegasi yang hadir ke satu lokasi yang memiliki program Layanan Terpadu Lansia. "Lansia akan kita muliakan (berdayakan: produktif, sehat tangguh dan mandiri), sehingga bonus demografi kedua bisa dicapai Indonesia" tambah Ukik.