Pentingnya Penguatan Dai di Masa Depan
”Estafet dakwah memang tidak sekadar hanya dilanjutkan, namun perlu terus dikuatkan. Tokoh-tokoh yang telah menginisiasi berdirinya kampus dakwah, telah menancapkan pondasi yang kuat baik dari aspek akidah, akhlak, jihad, maupun pengorbanannya. Kita yang ada di titik ini, jangankan melebihi perjuangannya, untuk mengejar saja masih terlalu jaun. Itulah sebabnya, Allah mengingatkan di surat Al Baqarah ayat 34,
تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۖ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُم مَّا كَسَبْتُمْ ۖ وَلَا تُسْـَٔلُونَ عَمَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Artinya: Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan.
”Ust. Dr. Jeje Jaenudin Zainudin dalam paparannya di acara wisuda dan tasyakuran STID Mohammad Natsir memberikan penjelasan terkait ayat ini dengan gamblang bahwa kebanggan dan kekaguman generasi hari ini atas kehebatan dan keteladanan terhadap generasi pendahulu tidak boleh membuat generasi penerusnya malas dan hanya bernostalgia dengan kejayaan masa lampau tanpa meninggalkan bekas berupa karya untuk generasi yang akan datang.
Penghargaan terhadap generasi yang lalu tidak boleh melenakan, tapi bagaimana harus mengambil saripati atau mengetahui bagaimana mengukir prestasi. Di titik ini butuh kaderisasi. Kaderasi sebagai proses yang menjamin berlangsungnya perjuangan, butuh dipersiapan. Kekhawatiran terhadap generasi selanjutnya ini pula yang diperintahkan Allah di surat An Nisa ayat 9,
وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Setiap jaman memiliki permasalahan dan tantangan masing, sehingga perlunya kemampuan seorang dai yang mencakup berbagai aspek yang harus dikuasai atau dikenal dengan istilah kompetensi.
Mengenai kompetensi, Ust. Jeje Zaenudin mengelompokkan kompetensi rasul dalam hal ini juga berlaku pada dai dengan menyandarkan pada surat Al Mudatsir 1-7 menjadi empat, yaitu: