Merancang Rubrik Asesmen Kefasihan Membaca Al-Quran
Satu contoh kata syakara-yaskuru-syukuran-tasyakkara memilik makna mensyukuri-Nya, memuji-Nya. Namun kesalahan melafalkan kata syakara dengan sakara, akibatnya akan fatal, karena sakara memiliki makna mabuk.
Perintah untuk membaca Al Qur’an dengan tartil memiliki implikasi lain, perlunya standar untuk menentukan apakah bacaan seseorang sudah tartil atau belum. Ini tentu membutuhkan pedoman atau dalam konteks pendidikan adalah rubrik penilaian, apa saja indikator yang perlu diamati dan dinilai.
Sebuah penelitian dari Ernawati, dkk dalam jurnal yang berjudul “Analysis of Assessment Instrument For Tahfiz Al-Qur’an at East Jakarta Elementary School (2023)” menyebutkan bahwa dari 15 sekolah yang diteliti, didapatkan indeks analisis dari dokumen penilaian dengan kategori dokumen dapat digunakan dengan sedikit revisi 16,67%, dokumen dapat digunakan dengan banyak revisi 75%, dan belum memiliki instrumen 8,33%. Ini menuntut pihak-pihak yang memiliki kompetensi dalam penilaian dan pengajaran tahfiz perlu membuat rumusan yang bisa menjadi kesepakatan terstandar.
Prodi PEP UHAMKA mencoba menjawab hal tersebut melalui kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Internasional dengan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) dan Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah (PCIA) Malaysia yang bertajuk, “Training on Designing Rubric for Assessing Quran Reading Fluency.” Kegiatan pelatihan melibatkan para pengajar Al Qur’an dari Indonesia dan Malaysia yang dilaksanakan secara daring pada hari Sabtu, 20 Juli 2024 pukul 20.30 sampai 22.30 waktu Malaysia, dan selisih satu jam dengan Indonesia.
Dalam kegiatan pelatihan merancang rubrik asesmen kefasihan membaca Al-Quran kali ini, Tim PKM UHAMKA yang terdiri dari Dr. Ernawati, M.Pd. selaku dosen PEP UHAMKA, Dr. Zuhratul Aini Mansur, Lc. MA., Giyanti, M.Pd., alumni PEP UHAMKA sekaligus dosen di STID Mohammad Natsir, serta Rini Yaumi Habibah, mahasiswa PEP UHAMKA berkolaborasi merancang kegiatan berbasis pengembangan rubrik instrumen penilaian.
Hadir sebagai narasumber, Dr. Zuhratul Aini Mansur, Lc. MA, lulusan dari Al Azhar Kairo yang memaparkan materi berkenaan dengan kefasihan membaca Al Qur’an. Beliau menjelaskan bahwa indikator bacaan Al Qur’an dinilai benar manakala memenuhi unsur berkesesuaian dari segi nahwu, berkesesuaian denga rasm Ustmani, dan kesahihan sanad. Sementara kalau bicara kefasihan membaca Al Qur’an, lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa indikator dari kefasihan antara lain: makharijul huruf dan sifat-sifat yang mengiringi, menguasai dan mampu menerapkan kaidah-kaidah tajwid, menerapkan kaidah waqaf dan ibtida’ dengan baik dan benar, serta dilakukan dengan tartil, suara bagus dan langgam Arab.
Dalam aspek pengukuran bacaan, Dr. Ernawati, M.Pd. menjelaskan terdapat beberapa aspek yang memiliki pendekatan yang hampir sama dengan narasumber lain, yang perlu dinilai dari kefasihan adalah ketepatan tajwid, kelancaran membaca, kefasihan membaca, dan tidak melakukan kesalahan dalam kaidah membaca Al Qur’an.
Kegiatan yang dilakukan bukan sekadar penyajian materi yang teoritis, namun ada challenge bagi peserta untuk membaca Al Qur’an dengan cara diacak dan siap untuk diberikan penilaian dengan kategori yang ditentukan.
Yang menjadi sampel dalam penilaian tersebut adalah Ibu Ismailiyatus Syahidah, seorang pengajar Al Qur’an dari Jakarta dengan membaca surat Maryam 1-6. Peserta lain yang menjadi voulenter adalah Ibu Ratna Yunita, salah satu pengurus dari PCIA Malaysia yang juga seorang pengajar Al Qur’an dan sedang menyelesaikan studi doktoralnya di salah satu Universitas di Malaysia. Beliau diminta membaca surat Yunus ayat 50-53.
Kegiatan ini disambut baik oleh teman-teman diaspora di Malaysia baik yang terlibat di PCIM maupun PCIA Malaysia maupun masyarakat umum, dalam kesempatan tersebut diwakili oleh Ibu Silmi Fitri, ketua PCIA Malaysia. Animo peserta juga tinggi baik dari Indonesia maupun Malaysia di tengah kepadatan peserta yang mayoritas adalah orang-orang yang sibuk dengan berbagai aktivitasnya mengajar, belajar, dan organisasi, dan lainnya. Keikutsertaan peserta tersebut semua menunjukkan adanya motivasi belajar yang tinggi dari peserta untuk terus belajar.