Pakar Kesehatan Ini Masuk Islam Karena Wudhu
“Banyak alasan saya memeluk Islam. Namun, minat awal saya bersyahadat adalah karena tertarik bagaimana Islam memiliki praktik kesehatan yang sangat baik, yakni dalam masalah wudhu,” tuturnya dikutip dari Beloit Daily News.
Braun melihat praktik wudhu sebagai upaya kebersihan yang sangat brilian. Menurutnya, itu merupakan bagian dari praktik menjaga kesehatan. Mencuci tangan kaki dan membasuh wajah lima kali sehari merupakan praktik kesehatan yang sangat baik. Terpesona dengan ajaran wudhu itulah Braun melabuhkan hati pada Islam.
Baca Juga: Cara Membuat Tempat Wudhu yang Baik
Setelah memeluk Islam, ia makin jatuh hati pada agama ini. Ia tak pernah luput menjalankan ibadah wajib. Ia meninggalkan hal-hal haram, seperti mium alkohol dan berjudi. Tentu saja awalnya terasa sulit karena hal haram tersebut merupakan gaya hidup banyak pemuda di Amerika khususnya, dan Barat pada umumnya. Tapi, Braun mampu mengatasinya. Ia bahkan menjalankan sunah Rasulullah, seperti memelihara jenggot.
Kehidupan Braun sebagai Muslim nyaris tak mendapat hambatan ataupun tantangan. Hingga kemudian, insiden 9/11 mengubah citra Islam menjadi sangat buruk. Ia yang telah berislam hampir tujuh tahun tiba-tiba dikucilkan. Keluarganya yang tak pernah mempertanyakan keputusannya berislam tiba-tiba menginterogasinya. Penampilan Braun pun kemudian dituding sebagai penampilan para teroris. Itu merupakan fase yang berat bagi Braun.
Baca Juga:
Cara Membuat Tempat Wudhu yang Baik
Bukan Berdiri atau Jongkok, Begini Posisi Wudhu yang Baik
Namun, kemudian ia memilih pindah ke Dubai bersama istrinya. Di sana, ia membangun kepedulian terhadap penolakan terorisme. Lebih tepatnya, Braun membentuk komunitas yang menentang keras aksi ekstrem dan radikal.
Terjun ke masyarakat
Braun yang merupakan seorang tenaga kesehatan tiba-tiba beralih haluan. Ia merasa prihatin yang sangat terhadap kasus bom 11 September di gedung WTC AS. Ia pun kemudian mengampanykan antiradikalisme. “Saya khawatir akan persepsi publik tentang Islam pascaserangan teroris di Amerika Serikat pada 9/11,” kata Braun.
Ia mencatat, para ekstremis dan teroris ada di semua latar belakang agama. Tapi, tak ada agama yang mengajarkan terorisme. Mayoritas Muslim, kata Braun, seperti penganut agama lain, tidak melakukan terorisme dan tidak bersikap ekstrem. “Kesalahpahaman lain yang populer adalah bahwa madrasah, sekolah Islam yang menggunakan nama Arab, merupakan jaringan terorisme. Padahal, sebagian besar sekolah tersebut mengajarkan perdamaian, seperti sekolah agama lain,” katanya.
Baca Juga: Buku Sehat dengan Wudhu