Home > Hikmah

Dagangan Utsman Ditawarkan Keuntungan 50 Persen Malah Ditolak, Karena Ingin Keuntungan 1000 Persen

Dagangan Utsman Ditawarkan Keuntungan 50 Persen Malah Ditolak, Karena Ia Ingin Keuntungan 1000 Persen, Jadinya Begini...

Dagangan Utsman Ditawarkan Keuntungan 50 Persen Malah Ditolak, Karena Ia Ingin Keuntungan 1000 Persen, Jadinya Begini...


Sahabat Rumah Berkah yang dirahmati Allah SWT.

Pada masa Khalifah Abu Bakar, terjadi paceklik. Kaum muslimin kesulitan bahan makanan. Para pedagang yang tidak baik justru senang. Mereka berencana menguasai dan menimbun bahan makanan pokok yang ada di Madinah, lalu menjualnya dengan harga yang sangat tinggi. Kalau itu terjadi, berarti kesulitan penduduk bertambah berat.


Namun, khalifah Abu Bakar segera menentramkan penduduk. Beliau yakin ke- adaan itu dapat diatasi dan Allah akan memberikan pertolongan pada kaum muslimin. "Insya Allah, sebelum sore esok hari, akan datang pertolongan Allah," katanya tenang. Masyarakat pun berdebar-debar menanti. Akankah ucapan khalifah yang dijuluki as-Shidiq itu terbukti?


Ternyata benar, pertolongan Allah datang pada pagi hari. Persis seperti yang dikatakan Abu Bakar. Rupanya ada kafilah dagang yang membawa barang dagangan kebutuhan penduduk dari Syam.


Milik siapakah barang dagangan itu? Siapakah yang dijadikan Allah sebagai perantara untuk menolong kesulitan penduduk? Kafilah dagang yang membawa dagangan itu adalah milik Utsman bin Affan.


Namun, para pedagang jahat itu tidak tinggal diam. Mereka tetap berusaha menjalankan rencana mereka. Mereka berebut mendekati kafilah dagang Utsman yang baru tiba. Mereka bermaksud membeli seluruh barang dagangan Utsman. Lalu terjadi saling menawar di antara mereka.
"Kalian berani berapa memberi keuntungan kepadaku?" tanya Utsman.


"Saya berani memberi untung 20 persen," ujar seorang pedagang. "Ada yang berani lebih tinggi dari itu?" tanya Utsman lagi.
"Saya berani 50 Persen" seru yang lain. "Ada yang lebih tinggi lagi?" kembali Utsman bertanya.


Mendengar pertanyaan Utsman itu, para pedagang tampak menggerutu. "Siapa yang berani membayar lebih dari itu?" kata orang itu sambil menggerutu. "Engkau tahu, saat ini seluruh pedagang Madinah berada di sini. Itu merupakan penawaran yang paling tinggi!" jawab mereka dengan kesal.

× Image