Kenapa Pernikahan Berakhir Pahit, Pahami Tujuan Pernikahan
Karena itu, untuk menjaga diri dari godaan syahwatnya, Rasulullah SAW mengajar umat Islam dengan berpuasa. Karena berpuasa itu akan menjaga dan mencegah seseorang untuk berbuat kemungkaran.
“Wahai para pemuda, apabila diantara kalian mampu untuk menikah, hendaklah ia segera menikah. Sebab hal itu lebih baik baginya untuk menjaga mata dan kemaluannya. Dan barang siapa yang tidak kuasa (untuk menikah), maka hendaklah ia berpuasa. Sebab, berpuasa itu akan menjadi pelindung (penjaga) baginya.” (HR Bukhari dari Abdullah bin Mas'ud).
Banyak orang yang menikah berharap dapat membentuk keluarga yang Sakinah Mawaddah wa rahmah yaitu keluarga yang tenang, harmonis dan penuh dengan suasana kedamaian dan kasih sayang serta diridlai oleh Allah SWT.
Namun demikian, mewujudkan keluarga yang sakinah ini tidaklah mudah. Acapkali sering timbul perselisihan, pertengkaran, percekcokan bahkan berakhir di meja pengadilan dengan perceraian. Dalam Al-Quran dijelaskan, perceraian adalah perbuatan halal namun sangat dibenci Allah SWT.
Baca Juga:
Cincin dari Besi Boleh Dijadikan Maskawin
Kisah Pernikahan Adam dan Hawa
Kriteria Calon Pasangan yang Layak Dinikahi
Dalam buku 'Membangun Keluarga', KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) menulis, sedikitnya ada empat visi rumah tangga yang Sakinah, Mawaddah wa Rahmah. Keempat visi itu adalah pertama menjadikan rumah tangga sebagai pusat ketentraman batin dan ketenangan jiwa. Kedua, rumah tangga sebagai pusat ilmu. Ketiga, rumah tangga sebagai pusat nasehat; dan keempat, rumah tangga sebagai pusat kemuliaan.
Menurut Aa Gym, rumah tangga harus menjadi pusat ketentraman batin dan ketenangan jiwa. Mengapa? Karena, setelah suami bekerja penuh seharian penuh, bersimbah dengan keringat, maka ia pasti akan kembali pulang ke rumahnya. Karena disana ia akan menemukan ketenangan dan ketentraman yang tidak diperolehnya dari hiruk pikuk kehidupan di luar rumah. Karena itu, seorang istri diharapkan dapat membantu suaminya dalam menciptakan rumah tangga yang tenang dan tentram.
Kedua, rumah tangga sebagai pusat ilmu. Semua pihak yang ada dalam rumah tangga harus bisa memperkaya dirinya dengan banyak menuntut ilmu. Tujuannya, untuk saling memberi dan menasehati. Ibarat orang yang memasuki rimba belantara, tetapi tidak membawa peta, besar kemungkinan dia akan tersesat, begitu juga dalam rumah tangga.
Lanjut...