Satu Butir Nasi untuk 2750 Orang
Pesan singkat namun sangat menyentuh. Ayah kami orang yang tidak banyak bicara. Beliau sering memberi nasihat bukan dengan kata-kata, tetapi lebih banyak dengan contoh. Misalnya soal makan, saat makan pasti piring beliau bersih. Begitu juga soal pekerjaan, jika memakai sesuatu, beliau akan mengembalikan barang yang dipakai ke tempat semula. Tujuannya supaya orang lain yang akan menggunakan lagi, dengan mudah menemukannya.
Kembali ke soal nasi. Kenapa begitu pentingnya untuk menghabiskan makanan yang ada di piring? Salah satunya, supaya hidup selalu bersih, rapi, dan menyenangkan.
Pernah penulis mendengar cerita di masa silam. Nasi yang masih tersisa di piring, karena tidak dimakan, akan menangis, karena merasa tidak diperlukan. Padahal, ia sudah siap sedia, menyerahkan dirinya sepenuh hati, namun akhirnya tidak diperhatikan. Bahkan akhirnya dibuang karena tidak ada yang berminat. Apakah ada yang berminat memakan nasi sebutir dua butir yang tersisa di piring? Bisa dikatakan, hampir tidak ada satu orang pun. Makanya tidak heran, bila akhirnya nasi tersisa sebutir dua butir di piring itu akan terbuang, dan menjadi tak berharga.
Padahal, sebutir nasi tersisa yang terbuang itu, jika dikumpulkan akan mampu mencukupi jutaan orang. Kok bisa? Ya, bisa.
Mari kita berhitung. Anggaplah saat ini penduduk Indonesia berjumlah 275 juta orang, mulai dari bayi sampai orang yang sudah tidak bisa berjalan lagi. Kita masukkan semua kategori ini untuk memudahkan saja.
Jika satu orang yang makan, kemudian menyisakan satu butir nasi setiap kali makan, berarti satu kali makan ada 275 juta butir nasi. Jika dikalikan tiga kali makan, maka ada tersisa sebanyak 875 juta butir. Ini jumlah yang sangat banyak.