Home > Hikmah

Satu Butir Nasi untuk 2750 Orang

Jangan pernah menyia-nyiakan nasi, walau hanya satu butir di piring, karena ia sangat bermanfaat bagi orang lain.
Makan bersama keluarga sangat mengasyikkan, karena kerukunan antarkeluarga menjadi lebih terjamin.
Makan bersama keluarga sangat mengasyikkan, karena kerukunan antarkeluarga menjadi lebih terjamin.

Sahabat,

Hampir semua masyarakat Indonesia mengenal yang namanya nasi goreng, nasi uduk, nasi kebuli, atau apapun istilahnya, yang pasti masyarakat Indonesia makanan utamanya adalah nasi. Walaupun sebagian ada yang makanan pokoknya tepung, sagu, atau lainnya.

Nah, jangan kaget kalau suatu ketika ada sahabat kalian yang sama sekali tidak suka makan nasi. Aneh rasanya, tetapi itulah kenyataannya. Karena saya pribadi memiliki seorang sahabat yang tidak suka makan nasi. Jadi kalau dia mampir ke rumah, saya suguhkan nasi, dia paling hanya mengambil sayur sama lauknya saja.

Kembali ke soal nasi, karena hampir semua orang Indonesia makan nasi, maka pada artikel ini sengaja penulis ingin membahas masalah nasi. Sebenarnya sepele, tetapi sangat penting.

Ceritanya, ketika penulis berusia sekira 10-14 tahunan, ayah saya sering menegur saya dan saudara yang makan tidak habis. Apalagi kalau di piring masih banyak nasi, beliau akan sangat keras menegurnya. Ini saya alami pribadi.

Suatu ketika, saat makan, karena sering menemani beliau berdagang ke daerah pedalaman Kutai Kartanegara, seperti ke Melak hingga Long Iram. Wilayah ini dulu masuk Kabupaten Kutai Kartanegara. Namun setelah masa reformasi dan otonomi daerah, kedua wilayah itu masuk ke Kabupaten Kutai Barat (Kubar).

Saat ayah mengemudikan kapal kecil kami, saya dapat bagian memasak. Ya, hanya memasak nasi dan menggoreng ikan. Soal sayur, nanti ayah yang membuat. Jadi bergantian, ketika ayah membuat sayur, saya kebagian mengemudikan kapal. Saat waktunya makan tiba, kapal harus kami pinggirkan dan singgah sebentar di rakit penduduk, bila ada. Kalau tidak ada, ya kami ke pinggirkan saja kapalnya, kemudian bersandar seadanya, yang penting tidak ke tengah sungai Mahakam.

Saat kami makan itulah, ayah sering menasihati saya. "Amun makan, jangan basisa (jika makan, jangan disisakan)," demikian pesan beliau. "Walaupun hanya sabigi nasi (walaupun hanya sebutir nasi)," lanjut beliau.

× Image