Home > Fiqih

Wudhu: Tak Hanya Membersihkan Fisik Secara Lahir, Tapi Juga Batin

Salah satu upaya membersihkan diri adalah dengan berwudhu.

Wudhu: Tak Hanya Membersihkan Fisik Secara Lahir, Tapi Juga Batin



SAJADA.ID--Sahabat yang dirahmati Allah SWT. Setiap manusia dilahirkan dalam keadaaan suci. Namun seiring perjalanan waktu, banyak hal yang dilakukan sehingga setiap orang menjadi kotor. Baik pakaian dan fisiknya, maupun hatinya (kalbu).


Berkenaan dengan hal ini, upaya membersihkan diri secara lahir dan batin bisa dilakukan melalui proses wudhu. Kok bisa? Ya, bisa. Berikut ini kisahnya.


Seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf. Ia terkenal wara', tangguh dalam ibadah dan sangat khusyuk shalatnya. Namun dia selalu khawatir kalau ibadahnya tidak diterima Allah.


Suatu hari Isam menghadiri pengajian seorang sufi terkenal bernama Hatim Al Asham. Isam bertanya, Wahai Aba Abdurrahman (panggilan Hatim), bagaimanakah cara Anda shalat?
Apabila masuk waktu shalat, saya berwudhu secara lahir dan batin," jawab Hatim. Bagaimana wudhu batin itu? tanya Isam kembali.


Wudhu lahir adalah membasuh semua anggota wudhu dengan air. Sedangkan wudhu batin adalah membasuh anggota badan dengan tujuh perkara. "Yaitu, dengan tobat, menyesali dosa, membersihkan diri dari cinta dunia, tidak mencari dan mengharapkan pujian dari manusia, meninggalkan sifat bermegah-megahan, menjauhi khianat dan menipu, serta meninggalkan dengki," papar Hatim.


Ia melanjutkan, "Setelah itu aku pergi ke masjid, kuhadapkan muka dan hatiku ke arah kiblat. Aku berdiri dengan penuh rasa malu. Aku bayangkan Allah ada di hadapanku, surga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku."


"Aku bayangkan pula seolah-olah aku berdiri di atas titian Shirathal Mustaqiim dan aku menganggap shalatku ini adalah shalat terakhir bagiku. Kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik. Setiap bacaan dan doa dalam shalat berusaha aku pahami maknanya. Aku pun rukuk dan sujud dengan mengecilkan diri sekecil-kecilnya di hadapan Allah. Aku bertasyahud (tahiyyat) dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Seperti itulah shalat yang aku lakukan dalam 30 tahun terakhir."


Mendengar paparan tersebut, Isam bin Yusuf tertunduk lesu dan menangis tersedu-sedu membayangkan ibadahnya yang tak seberapa bila dibandingkan Hatim Al Asham.


(Syahruddin/sajada.id)

× Image