Performance Wayang Godhong dan Lelakon Ijo Royo-Royo
Harmonisasi Kesenian Wayang Dengan Alam
Diungkapkan dalam bahasa Jawa, pepatah godhong iku nyadong merangkum esensi bahwa daun meninggikan diri. Istilah tersebut mengandung makna bahwa bentuk daun berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Setiap daun menjulur ke atas, mencerminkan manusia yang sedang berdoa di bawah belaian lembut angin sepoi-sepoi.
Gus Pur dengan fasih mengartikulasikan interpretasi ini dalam narasi pembuka pertunjukan Wayang Godhong, diiringi dengan perpaduan harmonis antara alat musik tradisional dan modern yang menciptakan suasana filosofis. Esensi puitis dari pertunjukan Wayang Godhong berkisar pada tema ijo royo-royo sebuah peribahasa yang mencerminkan kesuburan dan ketentraman sebuah bangsa yang dianugerahi sumber daya yang melimpah. Namun, di balik tema ini terdapat arus bawah keprihatinan terhadap generasi muda yang tampaknya terlepas dari akar budaya mereka.
Evolusi Naratif dalam Kesenian Wayang Godhong
Wayang Godhong Gus Pur tidak hanya mengapresiasi kesenian tradisional namun juga mempelopori kebangkitan cerita, memadukan tokoh-tokoh tradisi wayang dengan isu-isu kontemporer.
Dengan pendekatan inovatif ini, Gus Pur mengajak penonton untuk menemukan makna mendalam yang tersembunyi dalam pertunjukan tersebut. Pertunjukan Wayang Godhong menjadi bukti potensi transformatif kesenian tradisional, terbukti menjadi wahana efektif dalam menyampaikan pesan kesadaran sosial dan empati kemanusiaan. Di tangan Gus Pur, Wayang Godhong lebih dari sekedar kenikmatan visual, muncul sebagai karya seni yang mendalam dan memiliki banyak makna.