Kota Ini Diduga Menjadi Tempat Tinggal Kaum Shabiun
Sementara itu, Sami Al Maghluts dalam kitabnya yang berjudul Athlas Anbiya’ wa ar rusul (Atlas Nabi dan Rasul) menyebutkan bahwa kaum shabi’un itu tinggal di Kota Harran, Irak.
Hal yang sama juga diungkapkan Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fi Zhilal al-Qur`an tentang maksud ayat 62 surah Al Baqarah di atas. Menurutnya, Shabi`un adalah orang-orang musyrik Arab sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. Ketika itu, mereka berada dalam keragu-raguan terhadap tindakan kaumnya yang menyembah berhala, lalu mereka mencari akidah sendiri yang mereka sukai dan kemudian mendapat petunjuk kepada akidah tauhid (monotheis).
''Jadi, mereka itulah yang disebut dengan keluar dari agama nenek moyang mereka. Pendapat ini lebih kuat daripada pendapat lain yang mengatakan bahwa mereka itu adalah penyembah bintang sebagaimana disebutkan dalam beberapa tafsir,'' jelas Quthb.
Syauqi Abu Khalil dalam kitabnya Athlas Al-Qur`an menjelaskan, orang Shabi`un yang disebutkan dalam Al Quran adalah orang-orang yang hanif dan bertauhid kepada Allah SWT. Mereka datang lebih dahulu daripada orang-orang Yahudi ataupun Nasrani. Dalam Athlas Hadits, Syauqi menyebutkan, kaum Shabi`un ini adalah pengikut agama Nabi Nuh AS.
Mereka hanya menyembah Allah SWT sebagai pencipta alam semesta ini. Mereka juga mengakui dan membenarkan akan dikembalikannya fisik umat manusia kelak pada hari kiamat. Kemudian, akidah mereka berkaitan dengan planet dan bintang-bintang sehingga mereka dituduh sebagai penyembah berhala.
Baca Juga: Wartawan itu Juga Juru Dakwah
''Shabi`un atau Shabi`ah merupakan satu kelompok keagamaan yang sudah ada sejak dulu dan hingga kini masih ada. Kelompok ini hidup di sebelah utara Irak, yakni Harran. Sebagian mereka ada yang pindah ke Baghdad dan daerah lainnya pada masa Abbasiyah I. Di antara mereka ada juga yang memeluk Islam,'' tulis Syauqi.
Ditambahkanya, kaum Shabi`un ini memberi perhatian besar terhadap ilmu alam. Mereka menukilkan banyak ilmu pengetahuan dari peninggalan Yunani dan Suryani ke dalam bahasa Arab. Sekarang ini, jumlah mereka tinggal sedikit di Kota Harran, Irak. Akidah mereka ini, ungkap Syauqi, diliputi oleh sesuatu yang sangat dirahasiakan sebab mereka khawatir akidah itu akan bergeser dan berubah seiring dengan berjalannya waktu.
Imam Al-Khalil dalam Tafsir al-Qurthubi menjelaskan, mereka adalah penganut sebuah agama yang mirip dengan agama Nasrani, tetapi kiblat mereka tertuju ke arah selatan. Mereka mengatakan bahwa mereka itu pengikut dari agama yang dibawa oleh Nabi Nuh AS.
Berita Terkait:
Kota Tsamud yang Menjadi Warisan Dunia
Seperti diungkapkan Abdullah Yusuf Ali, dalam Holy Koran, sejumlah penelitian terakhir mengungkapkan adanya sebuah kelompok kecil suatu komunitas agama berjumlah sekitar 2.000 orang di Irak, dekat Basrah. Mereka itu disebut dengan Shabi`ah, Sabians, Nasoreans, Mandaeans, atau Christian of St John. Mereka mengeklaim sebagai orang-orang yang mengakui adanya the Great Life (Tuhan). Mereka berpakaian putih dan percaya kepada penyucian berkala dengan menggunakan air. Kitab mereka, Ginza, menggunakan suatu dialek dari bahasa Aram.