Nasruddin Kehilangan Cincin di Dalam Rumah, Tapi Ia Mencari di Luar Rumah, Apa Maksudnya?
Nasruddin Kehilangan Cincin di Dalam Rumah, Tapi Ia Mencari di Luar Rumah, Apa Maksudnya?
Oleh Syahruddin El Fikri
SAJADA.ID--Sahabat yang dirahmati Allah.
Nasruddin Hoja, adalah seorang sufi terkemuka. Namun demikian, ia dikenal sebagai seseorang yang humoris, dan suka bercanda. Bahkan terkadang, kekonyolannya bisa membuat orang marah, jengkel atau emosi. Tetapi banyak pula yang menyukainya.
Ada satu kisahnya yang membuat beberapa sahabatnya jengkel setengah mati. Betapa tidak, ia dianggap mempermainkan kawan-kawan dan tetangganya.
Baca Juga: Abu Nawas Mengguncang Dunia
Suatu hari Nasruddin Hoja, sang sufi yang humoris, kehilangan cincin di dalam rumahnya yang gelap gulita. Anehnya, ia justru mencari cincinnya di halaman rumah, bukan di dalam rumahnya. Bahkan, tetangganya pun turut serta membantu mencari cincin Nasruddin.
Namun, saat dikatakan bahwa cincinnya hilang di dalam rumah, tetangganya jengkel dan meninggalkan Nasruddin sendirian.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga kepada kita, bahwa jika kehilangan suatu barang, maka carilah ia di tempat hilangnya, jangan mencari di tempat lain. Tapi, kisah yang terkesan konyol itu tentu memiliki makna lain.
Baca Juga; Abu Nawas Membuat Marah Khalifah Harun Ar-Rasyid
Melalui kisah di atas, Nasruddin tampaknya ingin mengajarkan kepada kita makna berbeda di balik alasannya mencari cincin yang hilang itu di luar rumahnya. Dan, makna itu relevan pada masa kini.
Pertama, berapa banyak dari kita yang begitu bangga mencari idola atau tokoh panutan di luar rumah kita sendiri, di luar agama Islam? Kita seakan bangga ketika mengenal nama Karl Marx (tokoh komunis), Adolf Hitler (Nazi), Neil Armstrong (manusia pertama yang menjejakkan kaki di Bulan), dan Sigmund Freud (filosof). Atau, bahkan sejumah selebritas dunia seperti Mariah Carey, Michael Jackson, Whitney Houston, dan Lady Gaga.
Begitu pula dengan olahragawan top dunia lainnya. Tapi, kita tidak pernah bangga dengan pemimpin umat ini, Nabi Muhammad SAW, teladan yang paling baik, dan khulafaur rasyidin seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, juga Ali bin Abi Thalib. Begitu pula de ngan tokoh Muslim lainnya semacam Al-Biruni (tokoh astronomi), Ibnu Sina (kedokteran), al-Jabbar (matematika), Ibnu Rusyd (filosof), dan al-Khawarizmi.
Baca Juga: Ternyata 'Hanya'Orang Ini yang Menentukan Dewasa dan Anak-Anak