Kisah Juraij dan Makbulnya Doa Ibu
Merasa rayuan dan godaannya tak membuahkan hasil, wanita pezina ini akhirnya pergi ke suatu tempat dan ia berjumpa dengan seorang penggembala kambing. Si wanita ini melancarkan jurusan setan dan menggoda si penggembala kambing, hingga akhirnya si penggembala ini pun tergoda. Keduanya akhirnya berbuat asusila dan terjadilah apa yang diharapkan si Wanita tersebut.
Singkat cerita, si wanita pezina ini akhirnya hamil. Dalam kehamilannya itu, ia woro-woro atau memberikan pengumuman kepada khalayak. Ia mengaku hamil akibat perzinaan dengan si Juraij, pemuda ahli ibadah.
“Wahai bapak-ibu, apakah kalian kenal dengan Juraij, pemuda yang rajin ibadah? Tanya si wanita kepada warga kampung. Dan para warga pun mengiyakan, mereka mengenal Juraij yang disebutkan si wanita tersebut.
“Jangan percaya dengan Juraij, saya hamil ini karena perbuatannya,” kata si wanita pezina itu.
Fitnah dari wanita tersebut membuat warga percaya. Mereka akhirnya melabrak dan menghakimi Juraij. Mereka mendatangi tempat ibadahnya. Namun, Juraij yang hendak ditemui, pada saat bersamaan tidak ada di tempat. Kecewa tak bertemu dengan Juraij, warga bersepakat untuk menghancurkan tempat ibadahnya Juraij hingga rata dengan tanah.
Tak lama berselang, Juraij datang dan kaget melihat banyak orang serta tempat ibadahnya yang hancur berantakan. “Ada apa ini?” tanya Juraij.
“Hei Juraij. Jangan sok alim ya. Kamu yang dikenal sebagai pemuda saleh, ternyata diam-diam melakukan perzinaan. Ternyata itu hanya kedokmu saja,” demikian kiranya ungkapan dari warga.
Tak terima dengan tuduhan itu, Juraij kemudian membantahnya. “Itu tidak mungkin, dan si Wanita ini telah berbohong dan memfitnah saya,” ungkap Juraij.
Namun, warga tak mau peduli. Mereka tetap pada sikapnya bahwa perzinaan telah dilakukan oleh Juraij dengan si wanita pezina itu. “Nggak usah banyak bicara, kamu akui saja perbuatanmu,” kata mereka.
Juraij terus membela diri karena memang bukan dia pelakunya. “Begini saja, kita tunggu bayi yang dikandung si wanita ini, dan nanti akan kita tanya siapa bapaknya,” kata Juraij untuk meredakan ketegangan yang terjadi. Akhirnya disepakati, bahwa setelah bayi itu lahir, mereka akan menanyakan siapa ayah dari si bayi tersebut.
Singkat cerita, ketika si bayi lahir, mereka kembali menemui Juraij. Juraij kemudian membersihkan diri dan berdoa kepada Allah agar diberikan petunjuk. Si bayi kemudian dibawa ke hadapan Juraij dan Juraij, kemudian menekan sedikit perut bayi, lalu ia berkata: “Wahai bayi, demi Zat yang mengutus para rasul-rasul-Nya dengan kebenaran, bicaralah. Siapa ayahmu?” kata Juraij.
Dan atas izin dari Allah, bayi mungil nan polos itu bisa bicara. “Ayahku adalah seorang penggembala kambing di kampung ‘anu’,” jawabnya.