Home > Agama

Macet dan Banjir di Depok, Wakil Wali Kota: Masyarakat Juga Salah

Macet dan banjir di Kota Depok kini makin sering terjadi, yang di antara penyebabnya kata Wakil Wali Kota, karena sikap masyarakat juga.
Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono (pegang mic) didampingi pengasuh Ponpes Darul Akhyar Depok, Dr. KH. Syamsul Yakin (kiri), saat memberi sambutan pada acara Kajian Kitab Kuning, Sabtu (15/7) pagi.
Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono (pegang mic) didampingi pengasuh Ponpes Darul Akhyar Depok, Dr. KH. Syamsul Yakin (kiri), saat memberi sambutan pada acara Kajian Kitab Kuning, Sabtu (15/7) pagi.

Macet dan Banjir di Depok, Wakil Wali Kota: Masyarakat Juga Salah

DEPOK--Kemacetan dan banjir yang kerap terjadi di Kota Depok, sering kali dikeluhkan masyarakat. Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono mengatakan, kesalahan atas hal itu tak bisa sepenuhnya salah pemerintah tapi juga masyarakat. Hal itu diungkapkannya saat memberi sambutan pada Kajian Kitab Kuning yang digelar di Pondok Pesantren Darul Akhyar, Depok, Sabtu (15/7) pagi.
"Tak bisa hanya menyalahkan pemerintah, atau kepada kami selalu pimpinan di Depok, tetapi juga masyarakat salah juga. Ayo sama-sama kita koreksi, berapa banyak masyarakat yang punya kendaraan. Paling tidak setiap rumah punya satu sepeda motor, bahkan ada yang lebih," ujarnya.
Ia menyebutkan, setiap hari jumlah kendaraan terus bertambah, tapi kondisi jalan belum bertambah. "Dampaknya pasti macet," ungkapnya.
Begitu juga dengan banjir. "Kenapa Depok bisa banjir? Karena banyak juga warga masyarakat yang membuang sampah ke sungai. Ini kebiasaan atau budaya masyarakat kita. Padahal sejak kecil kita sudah diajari untuk membuang sampah pada tempatnya, bukan di sungai," kata dia.
Ia mengimbau masyarakat Depok untuk bersama-sama membangun Depok. "Yang biasa naik mobil pribadi, mulai sekarang hendaknya dihindari, pakai motor atau naik angkot. Supaya tidak menambah kemacetan," ujar Imam.
Pihaknya merasa sering disalahkan atas beberapa kebijakan yang dianggap tidak populer. Padahal, masalah itu untuk kepentingan masyarakat juga. Misalnya Jalan Dewi Sartika atau Jalan Nusantara, dulu dua arah. "Dulu macetnya luar biasa, lalu kita ubah menjadi salah arah. Alhamdulillah, kemacetan berkurang. Dan saat itu protes silih berganti datang, tapi karena itu untuk kepentingan bersama, maka kami jalan terus," papar dia.

× Image