Ada Masjid Awan di Madinah
Awan mendung
Selain disebut sebagai Al-Mushalla, masjid ini juga dinamakan dengan Masjid Al-Ghamamah. Kata Al-Ghamamah artinya adalah awan yang menaungi (mendung). Menurut sejumlah riwayat, di tempat inilah Rasul mendirikan shalat Istisqa’, yakni shalat yang didirikan untuk minta hujan kepada Allah. Saat itu, cuaca sangat panas. Sejumlah jamaah juga tampak sangat kepanasan.
Rasul berdoa, dan permintaan Nabi SAW itu langsung dikabulkan Allah. Begitu Nabi SAW selesai berdoa, awan-awan (al-Ghamamah) datang, menaungi Rasul dan jamaah. Tak lama kemudian, turunlah hujan lebat. Itulah mengapa masjid ini kemudian lebih dikenal dengan nama al-Ghamamah (awan yang menaungi), atau mendung. Demikian disebutkan Khalil Ibrahim Malla Katsir, dalam kitabnya Fadhail al-Madinah al-Munawarah, cetakan ke-1 jilid II [Madinah: Maktabah Dar at-Turats, 1993], hlm 100).
Tentu saja, hujan yang dimaksudkan adalah hujan yang memberi rahmat bagi umat manusia. “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atapnya. Dan, Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS Al-Baqarah [2]: 22).
Dengan keagungan dan keistimewaan dari Masjid al-Ghamamah atau Masjid Awan ini, ada baiknya jamaah haji atau jamaah umrah mengunjunginya, dan melaksanakan shalat di sini, sebagai pengingat akan kebesaran Allah dan perjuangan Rasulullah SAW. Allahumma shalli ‘alaa sayyidina Muhammad wa ‘alaa aali sayyidina Muhammad. (Syahruddin El-Fikri)