Kenapa Harus Berkhitan?
Sejarah mencatatkan bahwa Khitan mulai disyari’atkan semenjak zaman Nabi Ibrahim ‘alaihisalam. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 124 yang berbunyi :
وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Rabb-nya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang lalim.” (QS. Al-Baqarah : 124)
Berdasarkan ayat diatas, perintah dan larangan yang dimaksud termasuk di dalamnya adalah khitan. Yang mana, kemudian Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam memberikan hadist-hadist yang berkaitan dengan Khitan. Namun tahukah anda bahwasanya tradisi khitan sebelum disyariatkan, nyatanya sudah dilakukan oleh jajaran generasi di zaman dahulu?
Rasulullah salallahu ‘alaihi wa salam bersabdadalam sebuah Hadist :
الفِطْرَةُ خَمْسُ : الخِتَانُ وَالاسْتِحْدَادُ وَنَتْفُ الإِبْطِ وَتَقْلِيْمُ الأَظْفَارِ وَقَصُّ الشَّارِبِ
“Fitrah ada lima: khitan, istihdad (mencukur bulu kemaluan), mencabut bulu ketiak, memotong kuku dan mencukur kumis.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: