Kisah Ummu Mahjan: Marbot Masjid Nabawi
Pada zaman Rasululah ﷺ ada seorang wanita berkuit hitam bernama Ummu Mahjan. Ia sudah tua renta, dan berkulit hitam. Sehari-hari ia bekerja sebagai tukang bersih-bersih Masjid Nabawi.
Ummu Mahjan sadar bahwa dirinya ingin sekali berjuang bersama pasukan muslim dalam memerangi orang-orang kafir. Tapi apa daya, usianya yang sudah renta tak mungkin ia bisa pergi berperang atau membantu pasukan muslim di garda terdepan, dan berjuang fi sabilillah.
Namun demikian, ia tak lantas berpangku tangan. Ummu Mahjan ingin memberikan kontribusi bagi perjuangan Rasulullah ﷺ dan kaum muslim dalam menyebarkan syiar Islam. Ia sadar, usia yang renta dan tenaga yang lemah tak mungkin sanggup pergi berjuang ke medan peperangan. Karena itu, Ummu Mahjan ingin memberikan tenaga yang dimilikinya dengan membersihkan rumah Allah, yakni Masjid Nabawi yang menjadi tempat berkumpulnya kaum muslimin. Ia ingin tempat tersebut menjadi nyaman dan enak dipandang mata, karena kebersihannya terjaga dengan baik.
Tugas itu mungkin sederhana di mata orang. Tak jarang, —maaf kebanyakan orang— memandang remeh dengan tugas marbot yang bekerja membersihkan dan merawat masjid. Ummu Mahjan setiap hari mengumpulkan daun yang jatuh di sekitar masjid. Lalu ia bersihkan dan membuangnya ke tempat sampah. Pekerjaan kecil itu dilakukannya setiap hari tanpa kenal lelah. Ia istiqamah dengan pekerjaan dan rutinitasnya tersebut.
Dan dari pekerjaannya itu pula, Masjid Nabawi selalu nampak bersih dan terawatt. Rasulullah ﷺ pun senang dengan kebersihan masjid tersebut. Suatu ketika, Ummu Mahjan jatuh sakit hingga akhirnya wafat. Para sahabat pun kemudian menyalatkan dan menguburkannya, di saat matahari sedang terik.
Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa para sahabat mendatangi kediaman Rasululllah ﷺ untuk memberitahukan perihal wafatnya Ummu Mahjan. Namun, karena waktu itu sudah malam dan Rasul ﷺ sedang istirahat, maka para sahabat tak berani membangunkannya. Mereka kemudian memandikan, menyalatkan, dan menguburkannya.
Keesokan harinya, Rasulullah ﷺ mengunjungi makam para sahabat-sahabatnya. Tiba di pemakaman, Rasulullah ﷺ menyaksikan ada sebuah makam yang baru.
Rasul ﷺ bertanya, “Kuburan siapa ini, wahai para sahabat?”
Mereka yang hadir di situ menjawab, “Ini kuburan Ummu Mahjan, ya Rasulullah.”
Rasul ﷺ langsung menangis begitu mendengar berita tersebut, lalu beliau menyalahkan para sahabatnya, “Mengapa kalian tidak memberitahukan kematiannya kepadaku supaya aku bisa menyalatinya?”
Baca juga:
- Kisah Orang Alim dan Orang Awam
- Baca Sholawat JIbril Membawa Berkah
Mereka menjawab, “Ya Rasulullah, pada waktu itu matahari sedang terik sekali.” Rasulullah ﷺ diam saja mendengar jawaban tersebut.
Lalu, beliau berdiri dan shalat untuk mayit yang sudah dikuburkan beberapa hari itu dari atas kuburnya. “Bila ada di antara kalian yang meninggal dunia, beritahukan kepadaku, sebab orang yang kushalati di dunia, shalatku itu akan menjadi syafaat di akhirat.”
Sesudah berkata demikian, Rasulullah ﷺ kemudian memanggil Ummu Mahjan dari atas kuburnya. “Assalamualaiki, ya Ummu Mahjan! Pekerjaan apa yang paling bernilai dalam daftar amalmu?”
Rasulullah ﷺ diam sejenak. Tak lama kemudian beliau berkata, “Dia menjawab bahwa pekerjaannya membersihkan masjid Rasulullah adalah pekerjaan yang paling bernilai di sisi Allah. Allah Taala berkenan mendirikan rumah untuknya di surga dan dia kini sedang duduk-duduk di dalamnya.”
Wallahu a'lam. (Syahruddin E, Khadimul Rumah Berkah)