Jangan Mudah Menyalahkan: Belajarlah Tabayun dan Adab

Jangan Mudah Menyalahkan: Belajarlah Tabayun dan Adab
Oleh Syahruddin El Fikri
SAJADA.ID--Belakangan ini, media sosial dihebohkan oleh peristiwa seorang pelajar yang ketahuan merokok di lingkungan sekolah, lalu ditampar oleh kepala sekolahnya sebagai bentuk teguran dan pendisiplinan. Tak disangka, tindakan itu memicu kemarahan para siswa lain yang kemudian mogok belajar dan menuntut kepala sekolah dipecat.
Di daerah lain, kasus serupa juga terjadi. Seorang pelajar nekat membawa mobil ke sekolah. Sayangnya, saat ditegur, malah orang tua siswa pelajar yang punya jabatan justru memutasinya.
Fenomena ini memperlihatkan bagaimana generasi muda kita semakin sulit menerima teguran, bahkan ketika mereka jelas melanggar aturan. Lebih memprihatinkan lagi, ada sebagian orang tua yang ikut membela anaknya, tanpa bertanya lebih dulu apa sebenarnya yang terjadi.
Sikap gegabah seperti ini adalah cermin hilangnya nilai tabayun — sikap meneliti dan memverifikasi kebenaran sebelum menilai atau mengambil keputusan. Padahal Allah ﷻ sudah memperingatkan dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka telitilah (tabayun) agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat [49]: 6)
Sebelum menuduh atau menuntut, orang tua dan siswa seharusnya mencari tahu duduk perkara yang sebenarnya: apakah sang kepala sekolah benar-benar berlaku zalim, atau justru berusaha mendidik dengan cara keras karena sayang kepada muridnya?
Membela Anak yang Salah Adalah Bentuk Ketidakadilan
Kasih sayang orang tua kepada anak adalah fitrah, tetapi kasih sayang tanpa hikmah bisa menjerumuskan. Rasulullah ﷺ bersabda:
انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا
“Tolonglah saudaramu, baik dia zalim maupun dizalimi.”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kami tahu bagaimana menolong orang yang dizalimi. Tapi bagaimana menolong orang yang zalim?" Beliau menjawab: "Kau cegah dia dari kezalimannya. Itulah bentuk pertolongan baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikian pula peran orang tua: ketika anak bersalah, menegur dan menasihatinya adalah bentuk cinta sejati. Sebaliknya, membela anak yang salah justru memperkuat sifat sombong dan manja dalam dirinya. Ia tumbuh menjadi pribadi yang sulit dikritik, mudah marah, dan tidak mau bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri.

Partner of Republika Network. Official Media Yayasan Rumah Berkah Nusantara. email: infosajada.id, Silakan kirimkan info