Home > Agama

Mencegah Generasi Fatherless dan Motherless: Belajar dari Dialog Orang Tua dan Anak dalam Al-Quran

Peran kedua orang tua sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak, bahkan hingga mereka dewasa.

Mencegah Generasi Fatherless dan Motherless: Belajar dari Dialog Orang Tua dan Anak dalam Al-Qur’an

SAJADA.ID-Fenomena fatherless dan motherless termasuk isu yang cukup ramai diperbincangkan akhir-akhir ini. Munculnya diskusi ini tentunya tidak lepas dari fenomena global. Sebuah riset internasional berjudul “Father Absence and Adolescent Development: A Review of the Literature” menyoroti bagaimana dampak yang muncul disebabkan absennya figur orang tua pada timbuh kembang anak. Ini dapat dilihat dari dari rendahnya prestasi akademik, masalah perilaku, hingga krisis identitas.

Dalam konteks nasional, laporan BPS dan lembaga riset keluarga menunjukkan peningkatan signifikan kasus perceraian, urbanisasi, dan beban kerja orang tua. Kondisi ini yang akhirnya melahirkan generasi dengan label “yatim sosial”, artinya orang tua secara fisik masih hidup, tetapi perannya menyempit dikarenakan mobilitas kerja yang tinggi sehingga mereduksi interaksi sosial serta keterlibatan orang tua (terutama ayah) dalam kehidupan anak.

Baca Juga: Kemenag Buka Kesempatan Beasiswa Bagi Kaum Perempuan

Dalam Islam, solusi atas pengurangan atau hilangnya peran orang tua ini ini sudah disinggung ribuan tahun silam. Dialog-dialog pendidikan yang tersebar dalam gugusan ayat-ayat Al Qur’an menjadi referensi bagaimana mengatasi masalah ini. Sarah binti Halil bin Dakhilallah Al-Muthiri dalam tesisnya yang berjudul “Hiwar Al- Aba’ Ma’a Al-Abna Fil Qur’anil Karim wa Tathbiqatuhu At-Tarbawiyah” mencatat bahwa terdapat 17 dialog pendidikan dalam Al Qur’an yang tersebar di 9 surat AL-Qur’an.

Riset tersebut mengklasifikasi dialog ke dalam tiga kelompok, antara ayah dan anak sebanyak 14 tempat (82,4%) ; dialog ibu dengan anak sebanyak 2 tempat (11.7%); dan dialog kedua orang tua dengan anak (tanpa nama) sebanyak 1 tempat (6%). Komposisi ini menunjukkan betapa pentingnya peran ayah dalam pendidikan. Namun demikian, besarnya peran ini tentunya tidak lantas pendidikan terpusat sepenuhnya pada ayah, peran ibu tetap penting sebagai mitra ayah dalam mendidik anak-anaknya.

Apabila dipetakan secara tematik, terdapat beberapa poin penting yang bisa menjadi referensi orang tua dalm menjalankan peran keayahan atau keibuannya, yaitu:

1. Menamankan keimanan kepada Allah

وَنَادٰى نُوۡحُ اۨبۡنَهٗ وَكَانَ فِىۡ مَعۡزِلٍ يّٰبُنَىَّ ارۡكَبْ مَّعَنَا وَلَا تَكُنۡ مَّعَ الۡكٰفِرِيۡنَ  ٤٢

قَالَ سَاٰوِىۡۤ اِلٰى جَبَلٍ يَّعۡصِمُنِىۡ مِنَ الۡمَآءِ ؕ قَالَ لَا عَاصِمَ الۡيَوۡمَ مِنۡ اَمۡرِ اللّٰهِ اِلَّا مَنۡ رَّحِمَ ۚ وَحَالَ بَيۡنَهُمَا الۡمَوۡجُ فَكَانَ مِنَ الۡمُغۡرَقِيۡنَ ٤٣

“Dan Nuh memanggil anaknya, ‘Wahai anakku, naiklah bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.’ Dia (anaknya) menjawab, ‘Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!’ (Nuh) berkata, ‘Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah yang Maha Penyayang.. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan. (QS Hud: 42-43)

Baca Juga: Lulusan Ma'had Aly Al Hikmah 2 Brebes Diharapkan Bisa Manfaatkan Beasiswa Kemenag untuk Studi Lanjut S2 dan S3

× Image