Tiga Nasihat Ali Bin Abi Thalib Tentang Masalah Sosial

Tiga Nasihat Ali Bin Abi Thalib Tentang Masalah Sosial
SAJADA.ID--Sayyidina Ali bin Abi Thalib merupakan menantu Rasulullah yang dikenal memiliki kewibaan yang tinggi.
Tidak heran mengapa dirinya dipercaya untuk memimpin sebagai Khalifah ke-4 setelah kepemimpinan Utsman bin Affan.
Ali bin Abi Thalib menjadi pribadi yang dimuliakan banyak orang dan disegani karena implementasinya dalam ilmu sosial yang ada di dalam Al-Qur’an.
Syaikh Nawawi al-Bantani dalam Nashaihul al-Ibad meriwayatkan tiga perkataan Sayyidina Ali tentang hal itu. Berikut penjelasannya.
1. Tafaddlu ‘ala man syi’ta faanta amiiruhu
Maknanya yaitu jika kamu berbuat baik, maka kamu bisa memimpin. Misalkan saja terdapat seseorang yang pendidikannya biasa-biasa saja, namun memiliki harta yang berlimpah.
Dengan harta itu digunakanlah untuk membiayai berbagai pakar-pakar pedagang untuk membantu dirinya mendirikan usaha dan menjalankannya.
Dengan kebaikannya yaitu membuka lowongan pekerjaan, secara tidak langsung orang tersebut mampu menjadi pemimpin atau penggerak agar orang lain mau bekerja untuk dirinya.
2. Wastaghni ‘amman syi’ta fainnaka nadhiruhu
Perkataan yang kedua memiliki makna bahwa jika kamu tidak membutuhkan orang lain maka kamu akan setara.
Misalkan ada pejabat tinggi seperti presiden atau figur publik lainnya mendatangi desa Anda.
Anda juga akan merasa biasa-biasa saja atau setara jika tidak memiliki kepentingan dengan dirinya, baik foto-foto ataupun keinginan untuk mengobrol, maka anda memiliki posisi setara, walaupun secara posisi atau jabatan, yang bersangkutan lebih tinggi.
Sebaliknya apabila Anda memiliki kebutuhan tertentu dan tidak memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan itu, lalu anda mencoba mendekat dan bersikap sopan pada orang yang menjadi 'target' Anda, niscaya status sosial pada dirimu akan 'terbeli'.
Dari kebutuhan yang dimiliki, kita bisa simpulkan bahwa seseorang lebih takut dengan seseorang satpam yang memberi hutang daripada pejabat yang tidak membantu kehidupan orang itu.
3. Wa as’ala man syi’ta faanta asiiruhu
Silahkan kamu butuh seseorang, maka kamu akan menjadi budak. Itulah makna perkataan yang ketiga ini.
Misalkan di dunia kerja, antara bos dan sekretarisnya. Si bos tentu memiliki jabatan yang lebih tinggi daripada si sekretaris. Namun, disaat si bos mencintai sekretaris itu, maka kepangkatan yang ada akan diabaikan. Kewibawaan yang dimiliki bos ini tidak bisa mengalahkan sikapnya yang manja kepada sekretaris.

Partner of Republika Network. Official Media Yayasan Rumah Berkah Nusantara. email: infosajada.id, Silakan kirimkan info