Kisah Tiga Pemuda Membanggakan Nasabnya Saat Latihan Memanah
"Beliau adalah Nabi Adam," jawabnya dengan santai. Sebagaimana diketahui, setelah Nabi Adam diciptakan, Allah memerintahkan para Malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam. Para Malaikat pun bersujud, kecuali Iblis.
Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 34:
وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ
Artinya: "(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir."
Menurut Ustadz Muhammad Aiz Luthfi, Pengajar di Pesantren Al-Mukhtariyyah Al-Karimiyyah, Subang Jawa Barat, sebagaimana dikutip dari NU Online, dari kisah di atas, sedikitnya ada tiga hikmah yang dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi umat Islam. Pertama, pada dasarnya semua manusia memiliki derajat yang sama di sisi Allah, dan hanya ketakwaanlah yang membedakannya.
Kedua, dari kisah ini kita dapat belajar tentang egalitarianisme sebagaimana dilakukan oleh para pemuda ini. Meski punya status sosial yang berbeda, tapi mereka bisa berkumpul dan latihan bersama.
Ketiga, semua manusia dari berbagai suku, bangsa, hingga nasab, mempunyai potensi dan kesempatan yang sama. Meski berlatar belakang budak, potensi memanah yang dimiliki pemuda budak ini tidak kalah dengan dua pemuda keturunan Bani Quraisy.
Hal ini sudah dibuktikan dengan lahirnya sejumlah ulama, pengusaha, pejabat, hingga akademisi yang latar belakangnya berasal dari kalangan menengah ke bawah. Wallahu a'lam.