Bahaya, Muhammadiyah Disusupi Salafi
Salafi Menyusup ke Muhammadiyah, Julukannya Musa. Apa Ini?
Oleh Syahruddin El Fikri
SAJADA.ID--Sahabat yang dirahmati Allah SWT. Sepekan terakhir ini dunia sosial diramaikan dengan kegundahan warga Muhammadiyah atas varian baru yang menamakan diri mereka Musa.
Apa Itu? Musa kata Prof Syafiq Mughni adalah singkatan dari Muhamadiyah Salafi. "Mereka ini jadi benalu dalam organisasi Muhammadiyah. Dan mereka sudah menguasai bidang amal usaha Muhammadiyah (AUM)," ujar Syafiq Mughni.
Kekesalan Syafiq Mughni tampaknya sangat beralasan. Sebab, lanjut Syafiq Mughni, varian Musa ini hanya mau beramal mengikuti Sunnah tapi tidak mau beramal Muhammadiyah.
Dalam artikel yang berjudul Varian Muhammadiyah-Salafi, Jangan Biarkan Jadi Benalu, oleh Syafiq Mughni, Editor Mohammad Nurfatoni, dari buku Makna di Balik Peristiwa karya Prof Syafiq A. Mughni (Penerbit Hikmah Press, Surabaya, November 2020), keberadaan Musa ini sangat meresahkan.
Baca Juga: Muhammadiyah Tidak Pernah Melarang Orang Bertahlil
Syafiq menyebutkan, Adanya varian dalam Muhammadiyah jadi perdebatan. Merujuk pada buku Munir Mulkhan, sudah ada Munu (Muhammadiyah-NU), Marmud (Marhaen-Muhammadiyah), Mukhlas (Muhammadiyah al-Ikhlas), dan Dahlan (pengikut Ahmad Dahlan).
Masing-masing varian itu punya ciri yang khas. Barusan ditengarai adanya varian baru, yakni Mufpi (Muhammadiyah-FPI). Juga Musa (Muhammadiyah Salafi). Berbeda tapi tidak pecah; mungkin hanya gopel sedikit.
Musa: Muhammadiyah-Salafi
Musa itu wujudnya lama tapi diberi nama baru. Mereka adalah warga Muhammadiyah yang berpaham salafi, sebagaimana yang dikenal di Indonesia.
Sesungguhnya kaum salafi itu sendiri punya banyak varian. Ada salafi jihadi, salafi haraki, salafi moderat, dan salafi lainnya. Musa itu tampaknya digunakan untuk menamai mereka yang hanya punya loyalitas separuh terhadap Muhammadiyah.
Fisiknya di Muhammadiyah tapi jiwanya di tempat lain. Kerjanya di AUM tapi pengajiannya di tempat yang berbeda. Mengawali dan mengakhiri puasa Ramadhan tidak mengikuti Tafidz Pimpina Pusat Muhammadiyah. Tidak perduli pada AUM (amal usaha Muhammadiyah) dan pengajian Muhammadiyah.
Di masa-masa yang lalu, adanya varian itu tidak terlalu dipersoalkan. Di dalam Muhammadiyah ada mekanisme untuk mengatasi perbedaan faham keagamaan. Secara formal ada Majelis Tarjih dan Tajdid dari tingkat cabang sampai pusat untuk mengatasi perbedaan pendapat dan menjawab berbagai persoalan yang muncul di masyarakat.