Home > Hadits

Hadits ke-12 Arbain Nawawi Menjadi Manusia yang Bermanfaat

Hadits ke-12 Arbain Nawawi Menjadi Manusia yang Bermanfaat

Hadits ke-12 Arbain Nawawi; Menjadi Manusia yang Bermanfaat

Oleh Syahruddin El Fikri

Sahabat yang dirahmati Allah SWT.

Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk senantiasa memaksimalkan potensi dirinya agar berkembang lebih baik. Melakukan sesuatu yang bermanfaat dan menjauhi perbuatan yang sia-sia.

Dalam hadits ke-12 Arbain Nawawi ditegaskan;

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Di antara tanda kesempurnaan Islam seseorang, ia meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.(HR. Tirmidzi dan lainnya; hasan).

Dari keterangan hadits di atas, setidaknya ada beberapa poin yang dapat diambil intisarinya;

1.    Menjadi Manusia yang Bermanfaat

Rasulullah SAW sangat menyayang dan mencintai umatnya yang bisa memberi manfaat bagi orang lain. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.”

Alangkah sayangnya bila orang yang punya kemampuan namun tidak digunakan, padahal dia bisa memberi manfaat pada orang lain. Alangkah ruginya orang punya harta tapi tidak dimanfaatkan untuk bekalnya di hari kiamat kelak. Dan alangkah ruginya orang yang berilmu pengetahuan (berilmu) tapi tidak digunakan untuk mengamalkan ilmunya.

Dalam hal berilmu namun tak mengamalkannya, Rasulullah SAW menyindir mereka dengan ungkapan berikut: “Ilmu bila tidak diamalkan laksana pohon tanpa buah.” Pohon yang tak berbuah, tidak banyak memberi manfaat.

2. Membuat Manajemen Waktu untuk Membangun Masyarakat Terbaik

Hadits ke-12 ini mengajarkan prinsip manajemen waktu. Yakni hanya mengisi waktu dengan hal-hal bermanfaat. Sebaliknya, meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu tidak suka saat melihat pemuda yang melamun. Sebab melamun itu adalah perbuatan sia-sia dan tidak bermanfaat baik untuk dunia maupun untuk akhirat. Karena itu, melamun harus dihindari.

Selain itu, tujuan manajemen waktu adalah agar hidup lebih bermanfaat. Dalam Al-Quran Surat Al-Ashr Allah berfirman;

وَالْعَصْرِ . إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr: 1-3)

3. Senantiasa Menjaga Diri dari Perbuatan Buruk

Islam menuntun seorang muslim untuk meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi dirinya. Apalagi kalau hal itu merugikan orang lain. Islam mengajarkan agar seorang muslim menjaga diri agar tidak melakukan hal yang sia-sia. Apalagi kalau itu merugikan orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

“Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya. Dan seorang muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang Allah larang baginya.” (HR. Bukhari)

4. Tanda Kuat dan Lemahnya Iman

Hadits arbain nawawi ke-12 ini menunjukkan bahwa meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat merupakan tanda sempurnanya iman. Mahfum mukhalafah-nya, menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak bermanfaat merupakan tanda lemahnya iman.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ تُوُفِّىَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ يَعْنِى رَجُلٌ أَبْشِرْ بِالْجَنَّةِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَوَلاَ تَدْرِى فَلَعَلَّهُ تَكَلَّمَ فِيمَا لاَ يَعْنِيهِ أَوْ بَخِلَ بِمَا لاَ يَنْقُصُهُ

Dari Anas bin Malik, ia berkata, seorang laki-laki dari kalangan sahabat nabi meminta nasehat kepada beliau, kabarkan apa yang bisa memasukkan surga. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apakah engkau tidak tahu, seseorang terhalang dari surga karena mengucapkan kata-kata yang tidak bermanfaat atau bakhil terhadap apa yang tak mengurangi hartanya.”(HR. Tirmidzi)

5. Jalan Keselamatan

Seseorang yang menyibukkan dirinya dengan hal baik, maka berarti dia menuju jalan keselamatan.

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ قَالَ أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ

Dari Uqbah bin Amir, ia mengatakan, aku bertanya: Ya Rasulullah, apakah jalan keselamatan itu? Beliau bersabda: “Jagalah lisanmu, hendaklah rumahmu membuatmu merasa lapang (artinya: betahlah untuk tinggal di rumah), dan menangislah karena dosa-dosamu.” (HR. Tirmidzi)

× Image