Begini Azab Bagi Kaum Israel
Oleh Syahruddin El-Fikri
Tih; Azab Bagi Bani Israil
Kisah pengaduan Bani Israil tentang kondisi di Padang Tih tersebut menurut Ibn Ishaq merupakan penjabaran dari ayat ini termaktub dalam ayat 57 dan 60 Surah Al-Baqarah.
Selama lebih kurang 40 tahun, Bani Israil hanya berputar-putar saja di lembah atau Padang Tih tersebut. Mereka tak tahu apa yang harus diperbuat. Apakah itu merupakan siksaan bagi Bani Israil?
Ada dua pendapat mengenai hal ini. Pendapat pertama menyebutkan, bahwasanya kebingungan tersebut merupakan sebuah cobaan bagi Musa dan Harun, serta siksaan untuk Bani Israil. Dan, Allah mempermudah cobaan tersebut bagi Musa dan Harun, sebagaimana yang diterima oleh Nabi Ibrahim tatkala di bakar di bara api: “Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim." (QS Al-Anbiyaa [21]: 69).
Namun, pendapat ini dianggap lemah karena sejumlah dalil menegaskan, bahwa Allah SWT tidak menyiksa Nabi bersamaan dengan kaumnya. Misalnya, dalam surah al-Anfal [8] ayat 33 disebutkan, Allah SWT tidak akan menurunkan siksa kepada Nabi Muhammad selama masih berada dan bersama dengan kaumnya. “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka.”
Hal serupa juga dikuatkan tatkala Allah menyelamatkan terlebih dahulu para Nabi dari kaumnya sebelum menurunkan azab. Diantaranya Nabi Nuh (QS Al-A’raf [7]: 64), Nabi Luth (QS Al-Araf [7]: 83) dan Nabi Syuaib (QS Al-A’raf [7]: 93).
Oleh karena itu, menurut pendapat yang kedua, yang merupakan pendapat terkuat ialah bahwa hakikat dan hikmah dari kebingungan tersebut adalah untuk regenerasi Bani Israil. Allah SWT menginginkan pergantian generasi dan keturunan Bani Israil yang lemah menjadi generasi baru yang lebih kuat dan taat kepada Allah. Sebab, selama kurun waktu kurang lebih 600 tahun, Bani Israil berada di bawah penindasan Firaun, hingga akhirnya Allah memerintahkan Musa dan kaumnya agar meninggalkan Mesir menuju Tanah Palestina. Tujuannya tak lain menyelamatkan generasi penerus.
Sepeninggal Musa dan Harun, tongkat kepemimpinan Bani Israil dipegang oleh Yusya’ bin Nun bin Afrayim bin Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Menurut Ibnu Jarir At-Thabari dan Ibn Abi Hatim, sebagaimana yang dinukil dari Ibnu Abbas, Yusya’ bin Nun menerima mandat kepemimpinan di Padang Tih, sehari setelah Nabi Musa meninggal tepatnya pada Hari Jumat dan telah disepakati oleh 12 pimpinan kelompok. Wallahu A’lam.